KONSEP PEMENTASAN
Drama ini diilhami dari cerita ” Legenda Batu Menangis ” yang bersal dari
Sulawesi Utara, karena kami menganggap bahwa dalam cerita tersebut banyak
terdapat nilai – nilai kemanusiaan yang dapat kita tanamkan untuk anak tingkat
sekolah dasar, misalnya sikap untuk tidak durhaka terhadap orang tua, sikap
untuk tidak berbohong, dan menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua tidak akan
pernah lekang sampai kapanpun.
Dalam drama ini kami telah melakukan banyak perubahan – perubahan tokoh
dari cerita yang sebenarnya dan kami telah memodifikasi cerita ini hingga
hampir mirip dengan kisah – kisah kehidupan nyata seperti sekarang ini.
SINOPSIS CERITA
Ada sebuah keluarga sederhana yang tinggal di suatu desa . keluarga
tersebut terdiri dari seorang Ibu dan dua orang anaknya yaitu Joko dan Anik .
Meskipun hidup dalam keluarga yang sangat sederhana, Joko tingkah laku Joko
setiap harinya seperti orang kaya . Tak jarang terjadi pertengkaran dirumah
tersebut hanya gara – gara lauk pada saat makan. Namun Ibu Joko dan Anik (kakak
Joko) selalu bersabar menghadapi tingkah laku Joko, hal itu dikarenakan Joko
merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga tersebut, apalagi setiap
kali beradu mulut Joko selalu mengancam akan pergi dari rumah apabila keinginannya
tidak dituruti oleh Ibunya .
Joko mempunyai seorang pacar anak orang kaya yaitu anak juragan sapi dari
desa sebelah. Hal tersebut diceritakan Joko terhadap Ibunya . Betapa
terkejutnya sang Ibu pada saat Ibunya mendengar dari Joko bahwa dia telah berbohong
dengan mengatakan bahwa dia adalah anak orang kaya untuk mendapatkan gadis
tersebut . Dan yang lebih menyakitkan lagi Joko menyuruh sang Ibu untuk
memanggil Joko tuan pada saat Joko bersama dengan sang kekasih, namun sang Ibu
masih dapat bersabar .
Suatu hari pacar Joko meminta Joko untuk melamarnya dan Jokopun
menyanggupinya dengan segala syarat yang diajukan oleh sang pacar yaitu Joko
harus menyerahkan uang sebesar Rp.20.000.000,- kepada calon mertuanya .
kejadian ini membuat Joko bingung dan kembali Joko mendesak Tbunya untuk
menyediakan uang tersebut dalam waktu dua hari. Dan Joko tidak mau tahu
bagaimana caranya sampai-sampai Joko menyuruh Ibunya Untuk menjual tanah
warisan dari bapaknya . dan lagi-lagi sang Ibu tidak kuasa untuk menolak karena
Joko mengancam akan pergi dari rumah apabila keinginannya tidak segera di
penuhi .
Dan sesuai dengan waktu yang telah disepakati, Jokopun melamar pacarnya
dengan memenuhi syarat yang telah diajukan. Pada saat melamar Joko membawa sang
Ibu yang telah disuruh untuk mengaku sebagai pembantunya . dan pada saat
pelamaran tersebut sang calon mertua Joko bertanya kepada Joko tentang orang
tua Joko dan Joko menjawab bahwa orang tua laki-lakinya telah meninggal dunia
pada saat Joko masih kecil. Calon mertuanya bertanya kembali tentang Ibu Joko,
Joko pun kebingungan untuk menjawab, dan setelah ditanya beberapa kali oleh
calon mertuamya maka Jokopun menjawab bawwa Ibunya telah meninggal dunia .
seketika itupun Ibu Joko tidak dapat menahan kesabaran lagi dan secara tidak sengaja
mengutuk Joko menjadi patung .
KARMA
Ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorag Ibu dan dua orang anaknya yang
bernama Anik dan Joko. Mereka hidup dalam keadaan yang sangat sederhana .
Mbok : (sambil membawa nasi) ” Anik, lauknya bawa kesini, itu tadi yang
Mbok letakkan didekat kompor .”
Anik : (sambil membawa lauk) ” Iya Mbok ” .
Mbok : (sambil menata makanan) ” Ayo ditata dulu makanannya setelah itu
panggil adikmu Joko, kita sarapan bersama. “
Anik : ” Joko masih mandi, Mbok “
Sesaat kemudian Jokopun datang dan duduk diantara Mbok dan Anik
Joko : ” Sarapannya apa, Mbok
? “
Mbok : ” ya seperti biasanya toh Jok, tahu sama tempe . “
Joko : (dengan suara keras) ” Apa tahu clan tempe lagi kata Mbok ? Aku kan
bosan mbok, tiap hari makan tempe dan tahu . Pokoknya aku nggak mau. “
Anik : ” Sudahlah Jok diakan saja . Yang kita punya kan cuma ini . “
Joko : ” Mungkin Mbak bisa makan seperti ini setiap hari, tapi aku nggak
bisa Mbak. “
Mbok : ” Kamu ini mbokya ngerti toh , Mbok ini kerjanya apa ? Mbokkan Cuma
buruh tani . Kamu juga tahu sendiri kalau beberapa hari ini sawahnya
kebanjiran. “
Joko : ” Mbokkan bisa cari kerja yang lain, nyuci baju orang kek, jadi
buruh pabrik kek, atau yang lainnya . “
Mbok : ” Kamu iti gimana toh Jok, memang cari kerja itu gampang.”
Joko : ” Ya sudah Aku makan tapi Aku nggak mau kalau besok lauknya tahu dan
tempe lagi “
Akhirnya merekapun sarapan bersama. dan tiga puluh menit kemudian …….
Mbok : ” Anik, tolong
piring-piringnya bawa kedalam . “
Anik : ” Baik Mbok “
Mbok : ” Jok, Mbok perhatikan pagi-pagi seperti ini kamu sudah rapi , mau
kemana ? “
Joko : ” Itu Mbok pacarku mau kesini, Mbok ! “
Mbok : ” jadi kamu punya pacar toh . Anak siapa ? “
Joko : ” Itu lho, anaknya juragan sapi dari kampung sebelah. “
Mbok : (sambil terkejut) Apa ….. ? Kamu pacaran sama anaknya juragan sapi
itu. Memang dia mau pacaran sama kamu yang anaknya buruh tani ?
Joko : (bingung) ya aku tidak ngomong kalau aku ini anaknya buruh tani .
Aku bilang aku adalah anaknya orang kaya. “
Mbok : (sambil mengelus dada) Astaghfirullah Joko. kenapa kamu berbohong
seperti itu ? “
Joko : (dengan nada agak kerat) “Mbok, aku lakukan ini demi kita Mbok.
Memangnya, Mbok nggak senang kalau Mbok punya memantu orang kaya?”
Mbok : “Ya, Mbok senang punya menantu orang kaya tapi jangan begitu
caranya. Nati kalau pacarmu tahu kalau kamu orang miskin bagaimana terus
bagaiaman?”
Joko : “Ya, aku ngggak tahu”
Mbok : “ Kamu itu bagaimana toh Jok?”
Joko : “Oh ya nanti pacarku mau datang ke sini, dan aku mau Mbok jangan
memanggil aku “anak” tapi Mbok harus memanggil aku “tuan” dan Mbok harus
mengaku sebagai pembantuku.”
Mbok : (terkejut) “Masya Allah Joko, kamu kok tega sama Mbok, Mbokkan orang
tua kamu, masak kau menyuruh Mbok memanggil kamu tuan.”
Joko : (Sambil berdiri) “aku nggak mau tahu pokoknya Mbok harus seperti
itu, kalau Mbok nggak lebih baik aku pergi dari sini. Aku sudah bosan hidup
sebagai orang miskin, rumah yang sempit dan nggak punya apa-apa”
Mbok : (sambil memegang tangan Joko) ” Ya sudah , ya sudah nnti kalau pacar
kamu datang Mbok akan berpura – pura menjadi pembantu kamu, tapi kamu j angan
pergi kamu kan anak laki-laki Mbok satu-satunya . Ya sudah Mbok tinggal ke
dapur dulu . “
Joko modar-mandir menanti kedatangan sang pacar dan sesaat kemudian pacar
Jokopun datang .
Ariska : (dengan nada manja) ” Sayang, tahu nggak aku sudah nunggu lama
disana . Untung tadi aku ketemu sama Joni teman kamu. Katanya kamu suruh aku
kesini . Ini rumah siapa sich sayang ?”
Joko : ” Oh ……….. ini rumah pembantuku, aku kesini menjenguk anaknya yang
sedang sakit. “
Tiba-tiba ibunya Joko keluar
Mbok : ” Oh …… ada tamu toh .
Ariska : ” Eh !Dia siapa sayang ?
Joko : ” Oh ini ! dia adalah pembantuku yang aku ceritakan tadi
Mbok : ” Iya, saya adalah pembantu tuan Joko . Tuan kesini menjenguk anak
saya yang sedang sakit . “
Joko : ” Oh ya ! sayang kamu mau minum apa ? “
Ariska : ” E…. ada orange jus gak yang ?”
Joko : ” Aduh sayang di rumah pembantu masak ada orange j us!”
Mbok : ” Benar Non! Saya ini kan hanya orang kampungyang ada Cuma air putih.”
Ariska : ” Ya udah deh air putih aja.”
Joko : ” Cepat Mbok ambilkan!”
Mbok : ” Baik Tuan.”
Setelah Si Mbok masuk, Joko dan Ariska berbincang – bincang di depan rumah.
Ariska : ”
Ngomong – ngomong aku harus duduk di mana?”
Joko : ” Di sini aja ya Yang?”( Sambil menunjuk tikar)
Ariska : ” Apa??? Masak aku disuruh duduk di tempat yang kotor ini?”
Joko : “Maklumlah Yang, ini kan rumahnya pembantu jadi umtuk sementara
duduk di sini aja!”
Ariiska : ” Ya dah deh kalau begitu.”
Si Mbok keluar dangan membawa dua gelas air putih.
Mbok : ” Ini Non airnya, silahkan di minum.”
Joko : ” terimakasih Mbok . ya sudah silakan Mbok masuk kedalam . “
Setelah Mbok masuk kedalam, Joko dan Ariska melanjutkan kembali
percakapannya.
Ariska : ” Yang, kita kan sudah lama pacaran. Kapan sayang melamar aku ?
Mami sudah sering tanya. “
Joko : (sambil berfikir) ” E… Bagaimana kalau bulan depan ? “
Ariska : ” Tapi Yang, Mami kan mau pergi keluar negeri . “
Joko : ” bagaimana kalau minggu depan ? “
Ariska : ” begini Yang, kata Mami 2 hari lagi Sayang harus melamar aku. “
Joko : (dengan terpaksa jokopun menyetujuinya ) ” ya sudah, 2 hari lagi aku
melamar kamu. “
Ariska : ” Tapi Yang, kata Mami ada syaratnya. “
Joko : ” Apa syaratnya Sayang ? “
Ariska : ” Saat melamar, sayang harus membawa uang sebesar Rp.
20.000.000,-“
Joko : (terkejut)” a…… pa ? dua puluh juta ?”
Ariska : ” Sayang kenapa kok terkejut ! uang dua puluh juta kan kecil buat
sayang
Joko : (berpura – pura ) ” Ah , siapa yang terkejut . kalau hanya uang dua
puluh juta itu kecil buat aku . “
Ariska : ” Jadi bagaimana Yang ? Sayang jadi kan melamar aku ?”
Joko : ” Ya pasti dong sayang “
Ariska : ” Ya udah ya , aku pulang dulu Yang . Aku masih ada j anj i sama
teman – teman mau pergi ke Mall. Da……… (sambil melambaikan tangan)
Joko : (sambil melambaikan tangan) ” hati – hati dijalan ya. “
Setelah Ariska pulang, Joko masuk kedalam rumah dengan perasaan yang
bingung. Melihat joko yang seperti itu si mbok juga ikut bingung.
Mbok : “Ada apa to jok, kok mbok lihat sepertinya kamu bingung sekali ?”
Joko : ” Gini mbok, orang tua Ariska minta aku melamar Ariska dua hari
lagi”
Mbok : “Kamu mau melamar pakai apa jok ? kamu kan belum kerja”.
Joko : “Mamanya Ariska juga minta uang Rp.20 juta buat melamar anaknya”.
Mbok : “Apa??? 20juta??? Kita dapat uang sebesar itu dari mana ? kita kan
hanya orang miskin, buat makan saja kita susah. Apalagi 20 juta !”
Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu. Dalam dua hari mbok harus menyiapkan
uang 20 juta untuk melamar pacarku”.
Mbok : “Masyaallah jok, ya gak mungkin toh mbok dapat uang 20juta dalam dua
hari”.
Joko : “Tapi kita kan masih punya tanah peninggalan bapak yang ada
dibelakang rumah itu mbok”.
Mbok : “Jok, itu kan peninggalan bapakmu satu-satunya. Masak kamu tega
nyuruh mbok menjualnya”.
Joko : “Sudahlah mbok jual saja. Kalau mbok gak mau jual lebih baik aku
pergi saja dari rumah”.
Mbok : “Jangan gitu toh nak, kita kan sudah gak punya apa-apa lagi”.
Joko : “Pokoknya aku gak mau tahu, lebih baik aku minggat kalu mbok gak mau
menjualnya”.
Mbok : ” Ya udah jok, nanti mbok pikir-pikir dulu. “
Joko : “Kalau gitu aku keluar dulu”.
Karena mendengar keributan antara mbok dan adiknya, Anikpun keluar.
Anik : “Ada apa toh mbok aku dengar dari dalam kok rebut saja”.
Mbok : “Adikmu ini lho, katanya dia mau melamar pacarnya dan calon
mertuanya minta uang sebesar 20 juta. mbok bingung harus cari uang dimana.
Malahan dia nyuruh mbok jual tanah peninggalan bapakmu”.
Anik : “Terus mbok mau ?”.
Mbok : “Lha gimana lagi nik, adikmu ngancam mau minggat dari rumah kalau mbok
gak jual tanah. Dia kan anak-anak laki-laki mbok satu-satunya”.
Anik : (dengan nada kesal) “Mbok sih selalu saja menuruti keinginan joko”.
Mbok : “Mbok sudah gak punya cara lagi nik. Mbok bingung ! !”.
Anik : “Ya sudah, terserah mbok saja. Anik masuk dulu mau nyuci piring
mbok”.
Dengan merasa terpaksa sekali, maka ibu jokopun menjual tanah peninggalan
almarhum suaminya. Ibu joko akhirnya pergi kerumah Bu Anis juragan kaya di
desanya yang biasa membeli tanah.
Bu Anis : “Jeng…..aku baru beli kalung berlian lho bagus banget !”
Bu Hefni : “Iya to bu….., mana aku pengen lihat ! aku kemarin juga baru
dibeliin cincin permata sama suamiku dari Korea Selatan”.
Ibu joko : “Permisi Bu Anis….., kulonuwun ?!”.
Bu Anis : “Oh …monggo, lho! Bu Joko, mari masuk bu. Silahkan duduk,
silahkan bu !”.
Ibu joko : “Iya bu…terimakasih”.
Bu Anis : “Kok tumben bu joko. Ada perlu apa ? ndak biasanya loh ibu main
kerumah saya…”.
Ibu joko : “Oh …iya bu, begini…. maksud kedatangan saya kemari tadi pertama
mau silaturrahmi dan yang kedua mau…. anu…..saya dengar ibu bias membeli tanah,
dan saya bermaksud akan menawarkan tanah saya dibelakang rumah itu untuk saya
jual kepada ibu”.
Bu Anis : “Iya ta bu… ibu apa bawa surat-surat tanahnya ?”.
Ibu joko : “Ini bu !” (sambil menyerahkan surat-surat tanah)
Bu Anis : “Iya, saya periksa dulu ya bu !” (memeriksa surat-surat tanah).
Terus ibu mau menjual tanah ini berapa bu ?”.
Ibu joko : “Emmm…… kalau Rp.25.000.000 bagaimana bu ?”.
Bu Anis : “Kok Rp.25.000.000 to bu! Kalau Rp.18.000.000 bagaimana?”.
Bu joko : “Kok Rp.18.000.000to bu, ya udah kalau Rp.20.000.000 saja
bagaimana bu… yang penting jangan kurang dari Rp.20.000.000 ya bu….
bagaimana?”.
Ibu Hefni : “Sudahlah jeng…. iya saja !”.
Ibu Anis : “Ya sudah bu…baiklah, saya beli Rp.20.000.000. sekarang saya ambilkan uang dulu kedalam ya bu !”.
Ibu Hefni : ” Bu…. kok tanahnya dijual, memangnya ada keperluan apa to bu!
Kelihatannya mendadak sekali!”.
Bu j oko : ” Hemmm… iya bu, ada keperluan keluarga. Hem…”
Ibu Anis : (keluar dari kamar) ” Ibu joko, ini uangnya Rp.20.000.000, coba
dihitung dulu bu !”.
Bu joko : “Ndak bu…. saya percaya kok sama ibu. Terimakasih….kalau begitu
saya pamit dulu ya bu. Terimakasih…….”.
Bu Anis : “Oh iya bu, kok tergesa-gesa, baiklah bu…. saya juga terimakasih.
Nanti kalau saya butuh surat-surat keterangan yang lain bolehkan saya main
kerumah ibu ?”.
Bu joko : “Oh iya…. silahkan bu. Ndak apa-apa ! Bu Hefni juga boleh main
kegubuk saya yang reot itu. Ya sudah bu… saya pamit dulu, terimakasih. Mari……..
“.
Bu Anis : “Iya mari-mari…..hati-hati ya bu !”.
Sementara itu, suasana dirumah Ariska pacar Joko begitu sibuk mempersiapkan
acara lamaran. Para pembantu sibuk bersih-bersih dan menata rumah.
Yu : “Aduh…..kerja kok terus, sampek coklek pinggangku ini rasanya. Eh nem
nem, sini…..tak kasih tahu!”. (kemudian duduk)
Nem : “Ada apa to Yu…..kok semangat banget”. (sambil meletakkan sapunya dan
ikut duduk).
Yu : ” Eh kamu tahu ndak, non ariska itu hari ini mau dilamar juragan kaya
katanya guuuuanteng lho!”.
Nem : “Masak sih Yu! Aku kok ndak tau !”.
Yu : “iya! Kamu ini bagaimana to nem nem, masa sama yang terjadi pada
juragan kita kamu ndak tahu? Wong tetangga-tetangga yang beli sayur tadi semua
membicarakan itu kok ! katanya sih, wajahnya seperti david Beckham pemain sepak
bola itu lho nem”.
Nem : “Da….. David Beckham itu sopo to Yu !”.
Yu : “Gusti allah nem nem, makanya kamu itu j adi orang mbok ya nonton TV.
Walau kita pembantu tapi mbok yo yang sedikit modern gitu po’o. kaya aku ini
!”. (sambil berpose lenggak-lenggok)
Ibu Ariska : “Aduh,duh,duh,duh…… wong disuruh kerja kok ya ngerumpi! Kalian
berdua itu piye to Yu, Nem! Ayo coba kamu Nem dah siap pa belum makananya di
dapur ?”
Nem : “Belum ndoro putri…..(sambil ketakutan)
Ibu Ariska : “Kok belum piye to Nem, lihat ini sudah jam berapa ? calon
besanku tuh mau dating. Ayo cepat sana kamu siapkan makanannya! Dan kamu Yu,
bersih-bersih didepan sana. Nanti kalau tamunya dating kasih tau saya ya”.
Yu & Nem : “Inggih ndoro putri……..”.
Ida : “Ada apa to ma…..kok rebut aja sendiri dari tadi, kok ngomel-ngomel
terus ida perhatikan”.
Ibu Ariska : “itu loh Yu sama Nem, wong disuruh kerja kok malah ngerumpi”.
Ida : “Iya tuh ma, pembantu kita itu senangnya ngegosip melulu. Malah
kemarin itu yang namanya Nem itu malah pacaran dipasar. Bukannya beli sayur
malah kencan sama tukang ojek di depan itu loh ma”.
Ibu Ariska : “Oh iya ida , coba kamu lihat mbakmu dikamar. Dandannya udah
selesai apa belum, dari tadi dandan kok belum selesai juga. Ayo sana….”.
Ida : “Iya-iya ma…..(sambil agak sewot)
Ariska : ” Mama…..aduh mamaaku udah kelihatan lebih cantik belum ma? Tu
bajuku…. antingku juga bagus kan ma?”
Ibu Ariska : “Iya-iya…. anak mama cuuanntik sekali, memang sudah saatnya
dilamar. Mbakmu cantik kan ida ? “.
Ida : “Iya cantik!”. (sambil cemberut karena sewot & iri)
Yu : “Maaf ndoro putri……. diluar tamunya sudah datang”.
Ibu Ariska : “Kamu itu piye to yu, kalau tamunya datang ya disuruh masuk to
! ayo cepat suruh masuk !”.
Yu : “Inggih…inggih ndoro putri, inggih!” Setelah tamunya masuk…….
Ariska : “Sayang……. kamu sudah datang ya. Kami semua udah lama nunggu kamu,
kok telat sihhh…”.
Joko : “Iya sayang maaf…… maklum Surabaya, macet!”.
Ariska : “Oh…. begitu. oh ya ma ini loh yang namanya joko pacarnya riska”.
Ibu Ariska : “Oh…. ini to yang namanya nak jojko, silahkan duduk nak joko!
(sambil berjabat tangan kemudian menyilahkan tamunya duduk) , lho, ini siapa
nakjoko?”.
Joko : “Ehmm…ini..ini pembantu saya ma..”.
Ariska : “Iya ma, ini pembantunya sayang joko yang Riska ceritakan kemarin
waktu anaknya sakit. Mama masih ingat kan ?”.
Ibu Ariska : “Ohh…. iya mama inget”.
Joko : “Iya ma…..betul sekali. Ma, maksud kedatangan saya kemari mau
melamar Riska ma… “.
Ibu Ariska : “Oh… iya. Ibu sih ndak apa-apa, tapi apa kamu sudah membawa
persyaratannya?”.
Joko : “Iya sudah…ini ma!” (sambil meminta uang kepada ibunya yang disuruh
berpura-pura jadi pembantunya lalu menyerahkannya kepada calon mertuanya)
Ibu ariska : “Sebentar ibu hitung dulu ya nak! …..aduh, udah wis ibu percaya.
Ayo ida kamu saja yang hitung dikamar mama”.
Ida : “Iya ma.. . !”. Ibu Ariska : “Yu… Nem… !” Yu & Nem: “Inggih ndoro
putri….”
Ibu ariska : “ayo kamu buatkan minum 3 jus jeruk dan camilannnya bawa
kesini ya. Cepat!”
Yu & Nem: ” kok 3 ndoro, terus yang itu bagaimana?”(sambil menunjuk
pada ibunya joko)
Ibu Ariska : “udah cepet sana! Kalau disuruh itu gak usah banyak
Tanya-tanya!” Yu & Nem: “Inggih ndoro..”
Ibu ariska : “Oh iya…orang tuanya nak joko kemana? Kok ndak ikut, mama kira
mereka ikut. Kok malah pembantunya yang diajak”.
Joko : “Oh…. papa saya sudah meninggal ma… !” Ibu Ariska : “Oh sudah
meninggal, maaf ya nak joko!”
Yu dan Nem masuk keruang tamu sambil membawa minuman dan camilan. Kemudian
ibu ariska, ariska dan joko menikmati hidangan yang disajikan sementara ibu
joko dibiarkan duduk dilantai tanpa menikamti apapun juga.
Ibu Ariska : “Lalu mamanya nak joko sekarang dimana?”
Joko : “Ehm…. mama …mama …(sambil melihat ibunya dengan bingung), mama saya
juga sudah meninggal ma…”
Ibu joko : (langsung berdiri dan menghadap pada joko) joko! Joko anakkku!
Mbok masih sehat dan sekarang masih berdiri di hadapanmu kamu bilang mbok sudah
meninggal. Astaghfirullah…joko. Aku mbokmu joko, yang mengandung kamu,
melahirkan kamu dan sekarang dihadapanmu kamu bilang sudah mati joko !”
Ariska : (saat joko kebingungan) sebentar…. sayang ini siapa sich! Kamu
bilang pembantu kamu, tapi kok dia bilang dia ini ibunya kamu. Lalu yang benar
yang mana?”
Joko : “Tenang sayang ….yang benar ini bukan ibuku tapi pembantuku. Dan
ibuku sudah meninggal”.
Ibu joko : “Durhaka kamu joko !ini balasan kamu joko. Aku mbokmu joko!”
Joko : “Enak saja !kamu bilang kamu ini ibuku ?” (sambil mendorong ibunya
hingga jatuh tersungkur kelantai)
Ibu joko : (sambil berusaha berdiri dan membelakangi Joko) Durhaka kamu
joko! benar-benar kamu anak durhaka! Ini balasan kamu pada ibumu sendiri
?daripada mbok melihat anak seperti kamu lebih baik mbok melihat patung !»
Joko : (tiba-tiba saja joko terjatuh dan kakinya tidak bias digerakkan)
“Aduh kakiku! mbok…mbok…ampun mbok…ampun, maafkan joko mbok…”.
Ariska : (sambil menangis melihat joko) “Ada apa sayang, kamu kenapa?
Kakimu kenapa ?ma …ini bagaimana ma…?”
Ibu ariska : “sudahlah nak…mama juga nggak tahu”
Ibu joko : “Sekarang kamu mau mengakui aku sebagai mbokmu dihadapan mereka
! sekarang kamu mau! (sambil marah karena sakit hati)
Joko : (sambil memohon-mohon) “Ampun mbok…ampun!”
Ibu joko : ” tidak joko, ibu tidak akan memaafkan kamu. Ibu sudah terlanjur
sakit hati! Ini memang karma yang harus kamu terima!”
Dan akhirnya Jokopun menjadi patung.
Ibu Joko : (berbalik menghadap Joko) ” Jok , Jok, Jok kamu kenapa nak! Ayo
bicaralah pada ibu , ya Allah Joko ! mengapa kamu jadi seperti ini nak?
astaghfirullah apa yang telah aku katakan, aku telah mengutuk anakku sendiri.
Dan Ibu Jokopun hanya dapat bersimpuh menangis menyaksikan anaknya yang
menjadi patung