1. Pengertian Gunung Meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang
bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan
suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
2. Tipe letusan Gunung Meletus
Letusan Tipe Hawaii
Tipe hawaii terjadi karena lava yang keluar dari kawah
sangat cair, sehingga mudah mengalir ke segala arah. Sifat lava yang
sangat cair ini menghasilkan bentuk seperti perisai atau tameng. Contoh:
Gunung Maona Loa, Maona Kea, dan Kilauea di Hawaii.
Letusan Tipe Stromboli
Letusan tipe ini bersifat spesifik, yaitu letusan-letusannya
terjadi dengan interval atau tenggang waktu yang hampir sama. Gunung
api stromboli di Kepulauan Lipari tenggang waktu letusannya ± 12 menit.
Jadi, setiap ±12 menit terjadi letusan yang memuntahkan material, bom,
lapili, dan abu. Contoh gunung api bertipe stromboli adalah Gunung
Vesuvius (Italia) dan Gunung Raung (Jawa).
Letusan Tipe Vulkano
Letusan tipe ini mengeluarkan material padat, seperti bom,
abu, lapili, serta bahan-bahan padat dan cair atau lava. Letusan tipe
ini didasarkan atas kekuatan erupsi dan kedalaman dapur magmanya.
Contoh: Gunung Vesuvius dan Etna di Italia, serta Gunung Semeru di Jawa
Timur.
Letusan Tipe Merapi
Letusan tipe ini mengeluarkan lava kental sehingga menyumbat
mulut kawah. Akibatnya, tekanan gas menjadi semakin bertambah kuat dan
memecahkan sumbatan lava. Sumbatan yang pecah-pecah terdorong ke atas
dan akhirnya terlempar keluar. Material ini menuruni lereng gunung
sebagai ladu atau gloedlawine. Selain itu, terjadi pula awan panas
(gloedwolk) atau sering disebut wedhus
gembel. Letusan tipe merapi sangat berbahaya bagi penduduk di sekitarnya.
Letusan Tipe Perret atau Plinian
Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak
lingkungan. Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai
ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan
atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Contoh:
Gunung Krakatau yang meletus pada tahun 1883 dan St. Helens yang meletus
pada tanggal 18 Mei 1980.
Letusan Tipe Pelee
Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan
kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga
menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan
kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
Letusan Tipe Sint Vincent
Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah
bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung
tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh:
Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang
meletus pada tahun 1902.
3. Penyebab Terjadinya Gunung Meletus
1. Status awas
Pada status awas, aktifitas magma dari dalam bumi ini
diketahui dari naiknya suhu kawah dan adanya getaran-getaran gempa
vulkanik. Temperatur magma yang sangat tinggi ini akan mendekati sumbat
yang menyebabkan air memanas. Proses pemanasan ini juga akan mungkin
diikuti dengan adanya rekahan-rekahan akibat tekanan magma, rekahan ini
akan sangat mungkin menyebabkan bocornya danau. Kebocoran danau ini
tentunya menyebabkan air danau menjadi uap di bawah kawah yang juga akan
menambah tekanan dari dalam.
2. Awal letusan Hidrovolkanik
Akibat jumlah air yang bocor masuk ke dalam sudah sangat
banyak akan mungkin menimbulkan letusan akibat air yang mendidih.
Letusan ini sering disebut sebagai letusan hidrovulkanik, letusan ini
memang akan banyak di jumpai pada gunung api yang berada di laut,
misalnya gunung Krakatau, dan gunung-gunung api di hawai, sangat mungkin
yang terjadi saat ini adalah letusan. Letusan awal akibat proses ini.
Sangat mungkin terdengar dentuman-dentuman serta longsoran-longsoran
dinding kalau saja tekanan magma ini terus menerus mendorong maka proses
letusan akan berlanjut ke proses berikutnya.
3. Letusan semi Magmatik
Pada saat semua air di danau habis masuk dan bercampur
dengan magma membara yang menyembul dari dalam, akan terjadi proses
perubahan fase air menjadi uap secara mendadak, tentunya kita tahu
ketika terjadi perubahan fase ini maka akan terjadi perubahan tekanan.
Temperatur magma ini rata-rata sekitar 600◦C hingga 1,170◦C (110-2140◦f)
sehingga air yang terkena magma panas ini akan serta merta menjadi uap
dalam sekejap. Tekanan uap air ini akan sangat besar dan mampu
menggetarkan dan bahkan melemparkan material-material vulkanik di
atasnya. Sumbat kawah serta kerikil dan pasir yang berada dikelilingnya
kepundan akan mungkin terlempar keluar.
Pada saat ini juga akan terjadi ketidak seimbangan landasan atau fondasi
dari dinding-dinding kawah ini akan membuat dinding kawah runtuh.
4. Letusan magmatik
Ketika letusan preatik (preathic eruption) terjadi bersamaan
dengan aktifitas magmatic, maka akan sangat mungkin letusannya sangat
dasyat. Namun kalau saja letusan semi magmatic di atas dihabiskan
terlebih dahulu kemudian diikuti dengan letusan magmatik, maka mungkin
letusannya tidak optimum. Namun yang ditakutkan justru mengapa kemarin
itu tanda-tanda kejadian pra letusan 1990 sudah terlihat kok masih juga
belum meletus seolah-olah.
4. Dampak Dari Gunung Meletus
Dampak Positif Bagi Bisnis dan Perekonomian :
· Menambah kesuburan kawasan sekitar merapi, sehingga dapat
ditumbuhi banyak pepohonan dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian
dalam waktu beberapa tahun kedepan
· Dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara setelah Gunung Merapi meletus
· Hasil erupsi (pasir) dapat dijadikan mata pencaharian seperti
penambangan pasir dan karya seni dari endapan lava yang telah dingin.
· Aktifitas gunung api dapat menghasilkan geothermal atau panas bumi yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
· Sisa-sisa aktivitas Gunung Merapi dapat menghasikan
bahan-bahan tambang yang berguna dan bernilai tinggi. Seperti belerang,
batu pualam dan lain-lain.
· Membangkitkan industry semen dan industry yang berkaitan
dengan insfrastuktur bisa bangkit, termasuk bisa menyerap banyak tenaga
ahli untuk memulihkan infrastruktur dan sector lainnya di kawasan
terkena musibah.
· Terjadinya disribusi keadilan ekonomi, dengan banyaknya sumbangan dari para dermawan.
Dampak Negatif Bagi Bisnis dan Perekonomian :
· Merusak pemukiman warga sekitar bencana
· Menyababkan kebakaran hutan (Bencana Merapi)
· Pepohonan dan tumbuhan yang ditanam warga sekitar banyak yang
layu, bahkan mati akibat debu vulkanik, begitu juga dengan ternak warga
banyak yang mati akibat letusan Gunung Merapi
· Menyebabkan gagal panen
· Matinya infrastruktur
· Terhentinya aktivitas mata pencaharian warga sekitar bencana
· Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang tidak terduga untuk
memperbaiki infrastruktur yang telah rusak akibat bencana
· Terhentinya industri periwisata, seperti pasar Malioboro dan Candi Borobudur (Bencana Merapi)
· Bandar udara tidak dapat beroperasi atau tidak dapat melakukan
penerbangan karena debu vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung
Merapi dapat menyebabkan mesin pesawat mati
· Mengganggu hubungan komunikasi, jaringan listrik terputus dan aktifitas masyarakat lumpuh
5. Usaha Pencegahan Gunung Meletus
Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta
benda akibat letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemantuan
Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat
pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan ke
kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung
dengan menggunakan radio komunikasi SSB.
Petugas pos pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke pemda setempat.
2. Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan aktivitas gunung berapi.
Tindakan tersebut antara lain :
- Mengevaluasi laporan dan data
- Membentuk Tim Tanggap Darurat
- Mengirimkan Tim ke lokasi
- Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3. Pemetaan
Peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan
jenis dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah
penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penggulangan bencana
4. Penyelidikan
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi, Geofisika, dan Geokimia.
Hasil penyelidikan ditampilkan dalam bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
5. Sosialisasi
Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.
Bentuk sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan penyuluhan langsung kepada masyarakat. Baca Juga Tipe-tipe letusan gunung berapi beserta contohnya
dapurinformasi.blogspot.com-
dapurinformasi.blogspot.com-
sumber: http://ayankpringgabaya.blogspot.com