
dapurinformasi, JAKARTA— PT Grandauto Dinamika, agen
pemegang merek Jaguar, mengaku tidak mampu mencapai target penjualan
yang telah ditetapkan prinsipal. Sebanyak 50 unit Jaguar yang dijual di
Indonesia sepanjang 2014 diakui masih berada di bawah harapan perusahaan
induk Jaguar Cars yang bermarkas di Coventry, Inggris.
Demikian disampaikan manajer komunikasi pamasaran
Grandauto , Senin (6/4) petang, menanggapi kecilnya penjualan Jaguar di
Tanah Air. “Sebenarnya penjualan tahun 2014 sebanyak 50 unit tidak
mencapai target yang ditentukan oleh principal,” katanya.
Untuk itu, dijelaskan Trifena, Grandauto berencana
memperluas jaringan penjualan untuk memperkuat pasar Jaguar di
Indonesia. Meski begitu, dia belum bisa mengatakan target pembukaan
jaringan baru akan dilakukan.
Jaguar sendiri hanya memiliki tiga jaringan penjualan di
Jakarta dan satu di Surabaya. Padahal perusahaan milik Wearnesauto Group
berbasis di Singapura itu sudah lebih dari 15 tahun berbisnis di
Indonesia.
Trifena juga menjelaskan bahwa kecilnya penjualan Jaguar
tidak hanya terganjal minimnya jaringan. Tanpa menyebut kendala lainnya,
dia mengatakan, banyak faktor yang menjadikan merek Jaguar belum bisa
tumbuh di Indonesia.
Dalam lima tahun terakhir penjualan Jaguar memang
terbilang kecil karena tak mampu menembus 60 unit per tahun. Sesuai data
Gaikindo, pada 2010 Jaguar hanya mampu mengirim 31 unit mobil ke rumah
konsumen. Sementara pada 2011 meningkat menjadi 51 unit, 2012 turun
menjadi 45 unit, dan 2013 naik menjadi 56 unit.
Namun tren menurun kembali terjadi pada 2014, di mana
hanya bisa menjual 50 unit. Bahkan tahun ini Grandauto memprediksi
penjualan Jaguar akan kembali lesu. “Paling tidak tahun ini Jaguar bisa
mempertahankan penjualan tahun lalu,” ujar Trifena.
Ketika disinggung keuntungan Jaguar memiliki beberapa
model sedan dengan mesin di bawah 3.000cc yang terhindar dari beban
pajak tambahan, wanita yang akrab disapa Nana ini tidak sepenuhnya
sepaham.
Menurutnya, walau tidak terbebani pajak kendaraan mewah
karena memiliki mesin di bawah 3.000cc, Jaguar adalah merek premium yang
membutuhkan penangan pemasaran tersendiri.
“Persoalanya yang kita jual ini adalah mobil premium.
Konsumen mungkin banyak pertimbangan, atau hal lain yang mempengaruhi.
Tapi yang jelas kita terus melakukan berbagai promosi di Indonesia,”
ungkapnya.
Perlu diketahui, dalam beberapa tahun tahun lalu Jaguar
termasuk merek tumpul. Padahal merek legendaris ini sempat berjaya di
Indonesia ketika Grandauto meniagakan S-Type dan X-Type di sekitar tahun
2000-an.
Namun sejak perusahaan ini berpindah kepemilikan dari
aliansi Ford Motor Company ke Tata Motors (2008) beberapa portofolio
baru yang menarik pasar mampu ditetaskan.
Jaguar XE yang diluncurkan pada 2009 merupakan salah satu
model segar yang disodorkan untuk kalangan eksekutif. Model ini bahkan
menjadi sedan pertama di kelasnya yang mengusung struktur chassis
monocoque aluminium.
Indonesia bahkan mendapat jatah menjual F-Type, sebuah
model seksi pelanjut legenda E-Type. Disodorkan pula model Jaguar XJ
yang kaya kemewahan, serta XF yang sesungguhnya mampu menggoda calon
pembeli Audi A4, BMW Seri 5, atau Mercedes-Benz E-Class.
Sayangnya, Grandauto terkesan belum memiliki jurus ampuh
untuk memperlihatkan taring “Kucing Besar” di depan ketiga merek premium
asal Jerman tersebut.
Sumber Ref : http://dapurpacu.com