ARTIKEL GAYATRI WAILISSA
Terlahir dari keluarga yang sederhana, tidak
membuat Gayatri Wailissa menyerah untuk mengejar impiannya. Diusianya yang baru
16 tahun, anak dari pasangan Deddy Darwis Wailissa, seorang perajin kaligrafi
dan Nurul Idawaty, telah mampu mengukir banyak prestasi baik di tingkat
nasional maupun internasional.
Gayatri memang bukan anak gadis biasa,
kemampuannya melebihi anak seusianya. Bagaimana tidak? Di usianya yang masih
belia ini, dia telah mampu mendunia dengan segudang prestasi. Terakhir, Gayatri
bahkan menjadi Duta ASEAN untuk Indonesia di bidang anak mewakili Indonesia.
Terlahir dari keluarga sederhana bukan menjadi
halangan bagi Gayatri. Keterbatasan materi keluarga tak membuatnya patah
semangat. Dia terus menggali segala kemampuan yang ada dalam dirinya. Salah
satu mimpi Gayatri adalah menjadi seorang diplomat termuda di Indonesia.
Bakat yang dimilikinya tidaklah sedikit. Gadis
ini menguasai banyak kesenian seperti baca puisi, teater, dan drama. Dia juga
lihai dalam bermain biola dan menulis. Bukan itu saja, yang paling menakjubkan
dari diri gadis belia ini adalah kemampuannya di bidang linguistik. Tak kurang
dari 11 bahasa dia kuasai, mulai dari bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Belanda,
Mandarin, Arab, Jerman, Perancis, Korea, Jepang, dan India dikuasainya dengan
baik dan fasih. Saat ini, dia juga sedang belajar bahasa Rusia dan bahasa
Tagalog.
Menurut Gayatri, kemampuannya mempelajari
banyak bahasa asing tidak melalui kursus, tetapi dengan cara yang sangat
sederhana yakni mendengar lagu dan menonton film asing, kemudian dia
terjemahkan melalui kamus.
'Saya tidak punya biaya, keluarga saya
sederhana, saya hanya suka nonton film kartun dan dengar lagu bahasa asing,
rasa penasaran saya akan bahasa membuat saya mencari tahu arti dan bagaimana
mengucapkannya, dari buku saya pelajari tata bahasanya, dari film dan lagu saya
pelajari pengucapannya, dan dari kamus saya hafalin kosakatanya. Begitulah cara
saya mempelajari bahasa asing,' ungkap Gayatri di Kantor AJI (Aliansi Jurnalis
Independen) Ambon, Senin (17/6/2013).
Di hadapan para wartawan, Gayatri lalu
mendemonstrasikan kemampuannya berbahasa. Sebelas bahasa yang dikuasainya itu
lalu diucapkannya secara fasih dan membuat wartawan terheran-heran.
Gayatri mulai mendunia kala berhasil masuk
seleksi untuk menjadi duta anak, mulai dari tingkat provinsi hingga tingkat
nasional. Dari situ, dia mengikuti seleksi kepribadian hingga kemampuan
intelektual. Dia lantas masuk 10 besar dari ribuan siswa yang ikut seleksi
sebelum terpilih mengikuti seleksi mewakili Indonesia menjadi Duta ASEAN untuk
anak tahun 2012-2013.
Gayatri, kemudian terpilih mewakili Indonesia
ke tingkat Asean dan mengikuti pertemuan anak di Thailand dalam Convention on
the Right of the Child (CRC) atau Konvensi Hak-Hak Anak tingkat ASEAN.
Untuk pertama kalinya seorang anak Maluku,
mengemban tugas negara dan menjadi delegasi tunggal. Dalam forum Asean ini,
Gayatri mendapat tempat terhormat dan disapa doktor karena kemampuan 11 bahasa
asing yang dikuasainya itu.Dalam forum itu, Gayatri mangatakan, dirinya
ditunjuk sebagai penerjemah ketika peserta forum anak menyampaikan sesuatu.
Dalam forum itu juga dia mendapat gelar doktor
oleh peserta forum tersebut. 'Karena hanya saya yang mampu menguasai 11 bahasa,
saya diminta membantu menerjemahkan ketika peserta forum anak ingin
menyampaikan sesuatu, saya lantas diberi gelar doktor karena kemampuan saya
itu,' kata Gayatri yang pernah menjabat pemimpin redaksi untuk koran Suara Anak
Maluku.
Menurut Gayatri, kesuksesannya menjadi duta
ASEAN tidak lepas dari doa dan dorongan kedua orangtuanya. Dia mengakui, selama
ini hanya Wakil Gubernur Maluku yang membantunya saat mewakili Indonesia di
Thailand. 'Secara nasional, orang mengenal saya sebagai Duta ASEAN untuk anak
asal Maluku, dan saya bangga karena saya terlahir sebagai putri Maluku, tapi di
tempat kelahiran saya sendiri, saya tidak dihargai, semua upaya saya untuk
mengharumkan nama Maluku sama sekali tidak berarti, saya terus bertanya mengapa
saya diperlakukan seperti ini?' tanya Gayatri.
Ketika pemilihan Putri Indonesia, lanjutnya,
begitu banyak baliho dan pengumuman yang dipasang di seantero Kota Ambon. Namun,
betapa kecewanya Gayatri ketika kepulangannya ke tanah kelahirannya dari
Bangkok, hanya ayah dan ibunya yang menjemputnya di Bandara Patimura kala itu.
Tidak juga terlihat ada baliho di jalan-jalan.
'Mungkin menjadi Duta ASEAN untuk anak ini bukan sesuatu yang penting
barangkali bagi pemerintah kita,' keluhnya.
Dia mengungkapkan, sebelum ke Thailand, dia
bersama sang ibu pernah menemui Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu. Di
Kantor Gubernur Maluku, banyak yang didiskusikan. Dia juga sempat meminta
Gubernur agar memberikan beasiswa serta percepatan ujian dini bagi dirinya.
Namun jawaban Gubernur, "soal beasiswa lihat saja di internet".
"Saya disuruh lihat beasiswa di internet.
Soal permintaan ujian dini juga ditolak Gubernur," ungkapnya.
Karel menolak memberikan beasiswa dan tidak
dapat mewujudkan keinginannya mempercepat pendidikan agar bisa ikut ujian SMA
tahun ini sebab Gayatri masih duduk di kelas dua SMA. Namun hal itu bukan
menjadi rintangan baginya."Life
must go on, hidup harus terus berjalan," ungkapnya.
- Juara 1 Kompetisi Cerita rakyat 2006
- Juara Bertutur Kanak-kanak 2007
- Juara 2 Lomba CERPEN Nasional 2008
- Juara 1 dalam lomba cipta puisi 2009
- Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009
- Juara 1 debat konsep pembangunan daerah 2010
- Juara 2 karya tarian kreasi baru 2010
- Juara 1 Kompetisi Cerita rakyat 2006
- Juara Bertutur Kanak-kanak 2007
- Juara 2 Lomba CERPEN Nasional 2008
- Juara 1 dalam lomba cipta puisi 2009
- Juara 3 Lomba Baca Puisi Provinsi 2009
- Juara 1 debat konsep pembangunan daerah 2010
- Juara 2 karya tarian kreasi baru 2010