dapur informasi,- Sandhy Sondoro yang terlahir
di pulau jawa, Jakarta, 12 Desember 1973 silam ini. datang dari keluarga
musik, dimana orang rumahnya menyukai pop Amerika, folk, Jazz dan blues
yang berasal dari Ayah dan Ibunya yang selalu ermain gitar setiap hari.
itu adalah kesenangan yang membentuk talenta dia.
Musik yang dia mainkan bukan musik tradisional Indonesia tapi banyak terpengaruh dari soul dan blues. Sandhy Sondoro bukan hanya berbakat dalam bernyanyi, menulis lagu dan sebagai pemain gitar, dia juga memiliki talenta yang lain, dia menyukai menggambar dan memasak.
Di Indonesia Sandhy Sondoro memulai dengan bermain band di Sekolah Menengah Atas. Mereka masih memainkan lagu dari Van Halen dan Mr. Big atau The Black Crows. Di umur 18 tahun dia pergi untuk mengunjungi pamannya di California dan menetap disana. Setahun kemudian dia pergi ke Jerman untuk kuliah arsitektur.
Awalnya Sandhy datang ke Eropa (Jerman) hanya untuk belajar di jurusan arsitektur di FH Biberach an der Rib. Tapi, karena kiriman biaya dari orang tua berhenti, adik sepupu aktris Ira Maya Sopha itu akhirnya memutuskan untuk mencari uang sendiri.
Sambil kuliah, Sandhy bekerja paruh waktu hingga ia lulus. Bermacam-macam pekerjaan buruh pernah dijalaninya, seperti menjadi pencuci piring, tukang parkir, tukang koran, dan bekerja di dapur restoran cepat saji. Apa boleh buat, Sandhy harus melakukan itu semua karena ia harus membiayai hidupnya sendiri, tak ada yang menopang. Namun, semua itu dijalaninya tanpa rasa malu ataupun gengsi. Baginya logis saja, untuk survive ia memang harus bekerja keras. Ia pun cukup bijaksana untuk menyadari bahwa jika mau sukses dalam aspek apapun, tak ada cara lain selain kerja keras.
Pekerjaan-pekerjaan seperti disebut di atas memang cukup untuk membiayai hidup mahasiswa sederhana seperti Sandhy, tapi ada hal yang tidak terpuaskan di situ. Kecintaannya pada musik masih terpendam begitu saja sebagai hobi. Menyadari bahwa ia punya bakat dalam bermusik, Sandhy pun memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian pula. Sandhy menjadi pengamen jalanan.
Lama-lama “karir” adik sepupu dari aktris Ira Maya Sopha ini naik menjadi musisi kafe setelah ia membentuk band dengan teman-temannya. Band-nya ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengunjung, yang sebagian diantaranya merupakan musisi profesional di sana.
Sebenarnya, Sandhy memang selalu bercita-cita untuk serius di bidang musik dan menjadi profesional, walaupun dalam bidang akademi ia justru memilih desain dan arsitektur. Jadi, ia tak sungkan-sungkan untuk mengikuti beberapa lomba menyanyi di Eropa. Setiap tawaran mengikuti lomba yang ditawarkan agennya selalu disambut dengan antusias oleh Sandhy.
Pertama-tama dia memperbaiki kecakapan dalam bahasa Jerman agar diakui di Universitas. Dia lulus dalam desain interiior tapi gairah dia dalam bernyanyi dan bermain gitar lebih kuat daripada bekerja di kantor.
Pengalaman dia pertama kali sebagai musisi jalanan diperoleh di Baden Wurttemburg tahun 1996. Kontes bakat internasional di Berlin menarik dia dan menginspirasi dia. Pada tahun 1998 dia kembali ke Berlin dan memulai karir dia sebagai penyanyi dan pemain gitar di bar-bar, club-club dan di metro.
Lagu favorit dia "Down on the Streets" terinspirasi dari pengalaman dia tumbuh di metropolitan Berlin. Dia tampil di teater favorit seperti House of World Cultures in Berlin, bermain di festival-festival music seperti Museum Bode Festival Isle. Penggemar dia ada di Hamburg, Cologne, Stuttgart dan masih banyak tempat di Jerman.
Meskipun 20 tahun sudah tinggal di Jerman dan 12 tahun berkarier musik di sana, Sandhy Sondoro pernah ambil bagian dalam sebuah kontes musik di Eropa atas nama Indonesia. Sandhy pernah mencuri perhatian publik Jerman karena penampilannya sebagai finalis German Idol pada 2007.
Sandhy pun bercerita pengalaman pribadinya, bahwa tak mudah orang-orang Jerman mengakui kemampuan orang-orang Asia, termasuk Indonesia, tidak terkecuali di bidang musik. "Contohnya, di kafe, habis nonton saya manggung, mereka paling cuma bilang, 'Not bad'," cerita Sandhy. Namun, dengan kecintaan akan musik, kerja keras, dan keuletannya, yang kemudian menghasilkan prestasinya dalam German Idol 2007, ia akhirnya bisa masuk industri musik rekaman Jerman.
Pada tahun 2009 dia mengikuti International Young Singers - New Wave dan para partisipasi dari Latvia, Kazahstan, China, Italy, Indonesia, Poland, Finland, France, Ukraine dan Russia. Festival ini berada di pantai Yurmala, Latvia yang sangat populer di Eropa Timur, bekas negara uni Soviet. Dia menjadi juara satu bersama penyanyi dari Ukraina Jamala dan memenangkan 50,000 Euro.
Sebelum mengikuti ajang New Wave 2009, Sandhy sudah pernah membuat rekaman album. Ia pun sempat berusaha menawarkan albumnya itu ke label-label di Jakarta, dengan bantuan teman sejak kecil yang kini menjadi manajernya, Eric Qomarul. Sayang sekali kala itu tak ada label yang melirik rekaman Sandhy itu.
Bertepatan dengan masa itu, Sandhy mendapat tawaran untuk mengikuti New Wave tadi. Maka ia kembali lagi ke Eropa. Setelah kemenangannya, rekaman video penampilannya di New Wave beredar di internet, termasuk di YouTube.com. Sandhy sendiri tak tahu-menahu siapa yang mengunggah rekaman tersebut.
Ia tentunya gembira dengan sambutan positif orang-orang, terutama dari Indonesia. Namun satu hal yang ia sesalkan adalah, dari sekian banyak orang yang mengomentari performanya di situs-situs seperti YouTube dan MySpace, malah orang-orang Indonesia yang sebagian mengomentari hal-hal tidak profesional, hal-hal yang justru tak berhubungan dengan musikalitas Sandhy. Namun bukan Sandhy kalau gampang berkecil hati. Ia sadar akan kualitasnya, orang-orang terdekatnya pun mendukung, maka ia jalan terus meniti karirnya.
Musisi yang mengagumi Iwan Fals, Chrisye, dan Benyamin S. ini melihat bahwa industri musik Indonesia sudah semakin berkembang. Musik di Indonesia juga semakin variatif. Namun ia menyayangkan banyaknya penyanyi yang muncul hanya sebagai boneka industri, dilengkapi dengan gaya berlebihan dan modal tampang rupawan saja, tanpa disertai bakat dan musikalitas yang baik. Itu sebabnya ia mengagumi ketiga nama di atas. Menurutnya, mereka memang berkualitas baik sebagai penyanyi, musisi, dan pencipta lagu, tanpa harus bergaya berlebihan. Sosok seperti itulah yang dijadikan Sandhy sebagai panutan dalam bermusik, selain Marvin Gaye, Barry White, dan The Beatles. Lihat Video Berikut ini >>
Musik yang dia mainkan bukan musik tradisional Indonesia tapi banyak terpengaruh dari soul dan blues. Sandhy Sondoro bukan hanya berbakat dalam bernyanyi, menulis lagu dan sebagai pemain gitar, dia juga memiliki talenta yang lain, dia menyukai menggambar dan memasak.
Di Indonesia Sandhy Sondoro memulai dengan bermain band di Sekolah Menengah Atas. Mereka masih memainkan lagu dari Van Halen dan Mr. Big atau The Black Crows. Di umur 18 tahun dia pergi untuk mengunjungi pamannya di California dan menetap disana. Setahun kemudian dia pergi ke Jerman untuk kuliah arsitektur.
Awalnya Sandhy datang ke Eropa (Jerman) hanya untuk belajar di jurusan arsitektur di FH Biberach an der Rib. Tapi, karena kiriman biaya dari orang tua berhenti, adik sepupu aktris Ira Maya Sopha itu akhirnya memutuskan untuk mencari uang sendiri.
Sambil kuliah, Sandhy bekerja paruh waktu hingga ia lulus. Bermacam-macam pekerjaan buruh pernah dijalaninya, seperti menjadi pencuci piring, tukang parkir, tukang koran, dan bekerja di dapur restoran cepat saji. Apa boleh buat, Sandhy harus melakukan itu semua karena ia harus membiayai hidupnya sendiri, tak ada yang menopang. Namun, semua itu dijalaninya tanpa rasa malu ataupun gengsi. Baginya logis saja, untuk survive ia memang harus bekerja keras. Ia pun cukup bijaksana untuk menyadari bahwa jika mau sukses dalam aspek apapun, tak ada cara lain selain kerja keras.
Pekerjaan-pekerjaan seperti disebut di atas memang cukup untuk membiayai hidup mahasiswa sederhana seperti Sandhy, tapi ada hal yang tidak terpuaskan di situ. Kecintaannya pada musik masih terpendam begitu saja sebagai hobi. Menyadari bahwa ia punya bakat dalam bermusik, Sandhy pun memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian pula. Sandhy menjadi pengamen jalanan.
Lama-lama “karir” adik sepupu dari aktris Ira Maya Sopha ini naik menjadi musisi kafe setelah ia membentuk band dengan teman-temannya. Band-nya ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengunjung, yang sebagian diantaranya merupakan musisi profesional di sana.
Sebenarnya, Sandhy memang selalu bercita-cita untuk serius di bidang musik dan menjadi profesional, walaupun dalam bidang akademi ia justru memilih desain dan arsitektur. Jadi, ia tak sungkan-sungkan untuk mengikuti beberapa lomba menyanyi di Eropa. Setiap tawaran mengikuti lomba yang ditawarkan agennya selalu disambut dengan antusias oleh Sandhy.
Pertama-tama dia memperbaiki kecakapan dalam bahasa Jerman agar diakui di Universitas. Dia lulus dalam desain interiior tapi gairah dia dalam bernyanyi dan bermain gitar lebih kuat daripada bekerja di kantor.
Pengalaman dia pertama kali sebagai musisi jalanan diperoleh di Baden Wurttemburg tahun 1996. Kontes bakat internasional di Berlin menarik dia dan menginspirasi dia. Pada tahun 1998 dia kembali ke Berlin dan memulai karir dia sebagai penyanyi dan pemain gitar di bar-bar, club-club dan di metro.
Lagu favorit dia "Down on the Streets" terinspirasi dari pengalaman dia tumbuh di metropolitan Berlin. Dia tampil di teater favorit seperti House of World Cultures in Berlin, bermain di festival-festival music seperti Museum Bode Festival Isle. Penggemar dia ada di Hamburg, Cologne, Stuttgart dan masih banyak tempat di Jerman.
Meskipun 20 tahun sudah tinggal di Jerman dan 12 tahun berkarier musik di sana, Sandhy Sondoro pernah ambil bagian dalam sebuah kontes musik di Eropa atas nama Indonesia. Sandhy pernah mencuri perhatian publik Jerman karena penampilannya sebagai finalis German Idol pada 2007.
Sandhy pun bercerita pengalaman pribadinya, bahwa tak mudah orang-orang Jerman mengakui kemampuan orang-orang Asia, termasuk Indonesia, tidak terkecuali di bidang musik. "Contohnya, di kafe, habis nonton saya manggung, mereka paling cuma bilang, 'Not bad'," cerita Sandhy. Namun, dengan kecintaan akan musik, kerja keras, dan keuletannya, yang kemudian menghasilkan prestasinya dalam German Idol 2007, ia akhirnya bisa masuk industri musik rekaman Jerman.
Pada tahun 2009 dia mengikuti International Young Singers - New Wave dan para partisipasi dari Latvia, Kazahstan, China, Italy, Indonesia, Poland, Finland, France, Ukraine dan Russia. Festival ini berada di pantai Yurmala, Latvia yang sangat populer di Eropa Timur, bekas negara uni Soviet. Dia menjadi juara satu bersama penyanyi dari Ukraina Jamala dan memenangkan 50,000 Euro.
Sebelum mengikuti ajang New Wave 2009, Sandhy sudah pernah membuat rekaman album. Ia pun sempat berusaha menawarkan albumnya itu ke label-label di Jakarta, dengan bantuan teman sejak kecil yang kini menjadi manajernya, Eric Qomarul. Sayang sekali kala itu tak ada label yang melirik rekaman Sandhy itu.
Bertepatan dengan masa itu, Sandhy mendapat tawaran untuk mengikuti New Wave tadi. Maka ia kembali lagi ke Eropa. Setelah kemenangannya, rekaman video penampilannya di New Wave beredar di internet, termasuk di YouTube.com. Sandhy sendiri tak tahu-menahu siapa yang mengunggah rekaman tersebut.
Ia tentunya gembira dengan sambutan positif orang-orang, terutama dari Indonesia. Namun satu hal yang ia sesalkan adalah, dari sekian banyak orang yang mengomentari performanya di situs-situs seperti YouTube dan MySpace, malah orang-orang Indonesia yang sebagian mengomentari hal-hal tidak profesional, hal-hal yang justru tak berhubungan dengan musikalitas Sandhy. Namun bukan Sandhy kalau gampang berkecil hati. Ia sadar akan kualitasnya, orang-orang terdekatnya pun mendukung, maka ia jalan terus meniti karirnya.
Musisi yang mengagumi Iwan Fals, Chrisye, dan Benyamin S. ini melihat bahwa industri musik Indonesia sudah semakin berkembang. Musik di Indonesia juga semakin variatif. Namun ia menyayangkan banyaknya penyanyi yang muncul hanya sebagai boneka industri, dilengkapi dengan gaya berlebihan dan modal tampang rupawan saja, tanpa disertai bakat dan musikalitas yang baik. Itu sebabnya ia mengagumi ketiga nama di atas. Menurutnya, mereka memang berkualitas baik sebagai penyanyi, musisi, dan pencipta lagu, tanpa harus bergaya berlebihan. Sosok seperti itulah yang dijadikan Sandhy sebagai panutan dalam bermusik, selain Marvin Gaye, Barry White, dan The Beatles. Lihat Video Berikut ini >>