Page

Info seputar dunia bisnis, pendidikan dan infotainment

Cerpen Cinta Sedih : Ketika Cinta Ternoda

Cerpen Cinta Sedih : Ketika Cinta Ternoda

Sebut aja nama gue Rika, saat ini usia gue 23 tahun. Gue anak pertama dari 2 bersaudara, adik gue cewe namanya Riri. Dia mahasiswa di sebuah universitas di Jakarta. Riri itu anak pintar, baik, agak sedikit centil, namun sayang nasibnya tak sebanding dengan kebaikannya .
Hari itu gue baru pulang ngantor, seperti biasa sepulang dari kantor gue langsung masuk kamar, baru juga rebahan di tempat tidur, gue denger ada suara orang nangis di kamar sebelah, yaitu kamar adik gue Riri. Suara tangisan itu semakin jelas ketika gue berada pas didepan pintu kamar Riri, saat itu juga gue langsung mengetuk pintu kamar Riri. “Ri, kenapa kamu?” tanya gue sambil mengetuk pintu kamar. Namun Riri gak jawab sama sekali pertanyaan gue itu, gue langsung buka pintu kamar yang kebetulan gak di kunci dan langsung masuk kedalam  begitu gue masuk, gue liat Riri duduk dipojokan kamar sambil menangis tersedu-sedu. “Ri, kamu kenapa de?” Tanya gue. Lagi-lagi Riri gak jawab pertanyaan gue, dia hanya diam. Gue peluk Riri, dan Riri Cuma nangis gak sepatah kata pun dia keluarin dari mulutnya. Gue semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi dengan adik gue?
Lagi-lagi saking penasaran gue tanya lagi “kamu kenapa de? ada apa sebenarnya? cerita sama kaka apa yang terjadi sama kamu?”. kali ini Riri pun menjawab pertanyaan gue. “aku hamil, ka!” jawab Riri sambil mengeluarkan air mata. Gue pun tercengang mendengar Riri bicara seperti itu, “apa? kamu hamil?!”. siapa yang udah menghamili kamu de?” tanya gue dengan nada kesal.
“Dika ka, dia cowo yang udah menghamili aku. Aku salah menilai dia, aku fikir Dika emang bener-bener sayang sama aku , tapi dia Cuma permainin aku dan dia gak mau tanggung jawab atas semua yang telah dia perbuat sama aku”. Aku harus gimana, ka ?”. aku bingung, aku harus bilang apa sama ayah & ibu?”. Tanya Riri dengan muka lugunya itu. Gue coba tenangin Riri saat itu.
Keesokan harinya gue & Riri mencoba menjelaskan apa yang terjadi dengan Riri pada ayah & ibu. Ayah sangat marah ketika mendengar Riri hamil dan ibu pun sangat kecewa dan terpukul atas kejadian yang telah menimpa anak bungsunya.
Riri sangat menyesali semua perbuatannya, semenjak itu dia hanya mengurung diri di dalam kamar. Dia benar-benar merasa bersalah telah mempermalukan keluarga, dan dia merasa udah gak ada artinya lagi hidup.
Udah hampir 3 hari Riri gak keluar kamar, kebetulan hari itu gue libur kerja, gue sempetin antar makanan ke kamar Riri. “Ri,makan dulu de, kaka bawain makanan nih, kamu udah hampir 3 hari gak makan , udah kamu jangan nangis terus , kaka gak mau kalo sampe kamu sakit lho”. Ucap gue sambil mengetuk pintu kamar Riri. Namun gak ada jawaban. Gue coba ketuk lagi pintu kamarnya tapi tetap saja Riri gak jawab. Saat itu ibu menghampiri gue. “ada apa Rika?”. Tanya ibu. “Bu, punya kunci serep kamar Riri gak ? dari tadi Rika ketuk pintunya tapi Riri gak keluar-keluar, sepertinya terkunci dari dalam, Rika takt dia kenapa-kenapa.” Ucap gue. “sebentar ibu ambilkan kuncinya.” Ucap ibu 
Begitu ibu datang membawa kunci kamar, gue langsung membuka pintu kamar Riri. Dan benar saja dugaan gue, saat itu Riri sudah tergeletak lemas di lantai dan tangan penuh dengan darah. “astaga Riri, apa yang kamu lakukan , nak ?”. ucap ibu sambil menangis. ?”sebentar ibu panggilkan ambulance dulu ya nak”. Ucap ibu sambil berlari keluar. Sementara itu gue mencoba menggendong Riri dengan sekuat tenaga, “kamu harus kuat, de !” ucap gue sambil menangis.
“ka, aku mohon sama kaka tolong balaskan dendam aku sama Dika, dia yang udah bikin hidup aku hancur seperti ini, dan biar gak aka nada lagi korban-korban lainnya”. Ucap Riri dengan nada lemas dan terbata-bata.
“iya de, kaka janji. Kaka akan membalas semua yang telah dia perbuat sama kamu, tapi kamu janji sama kaka, kamu harus kuat !” ucap gue meyakinkan Riri.
Namun sayang, Riri tidak tertolong. Riri meninggal di pangkuan gue. Saat itu gue sangat terpukul dengan kejadian yang menimpa adik gue, dan mulai saat itu gue bersumpah akan membalas semua perbuatan Dika.
Dan semenjak kejadian itu juga ibu menjadi sakit-sakitan, sementara ayah jadi jarang pulang kerumah, mungkin ayah merasa telah gagal menjadi seorang ayah yang tidak berhasil mendidik dan menjaga anak dan keluarganya.
Saat itu gue ingin sekali membalas semuanya terhadap Dika laki-laki yang telah menjadi penyebab dari kematian Riri, adik gue. Sekaligus penyebab hancurnya keluarga gue. Tapi gue fikir saat itu belum tepat karena gue masih harus fokus merawat ibu yang sedang sakit.
Baru juga sebulan Riri meninggal , dan sekarang gue harus kehilangan ibu, ibu meninggal akibat penyakit yang di deritanya. sungguh malang nasib gue, saat ini gue benar-benar merasa kehilangan semuanya dan saat ini gue hanya sendiri.
Saat inilah gue benar-benar yakin kalu inilah waktu yang tepat untuk membalas semua dendam terhadap Dika. Gue mencoba mencari tahu tentang Dika, ternyata Dika satu kampus sama Riri. Gue menyamar menjadi mahasiswi baru di universitas itu, dengan penampilan yang oke dan sedikit seksi gue mencoba mencuri perhatian Dika.
Hari itu gak ada dosen, gue nongkrong di kantin sambil baca-baca buku, saat sedang asik membaca buku tanpa gue sadari Dika menghampiri gue dan ngajak kenalan. “Hey, gue Dika.. boleh gabung gak?” ucap Dika dengan tampang yang so cool. Gue Cuma tersenyum. Lagi-lagi Dika menyapa gue dengan basa-basi. “lo anak baru ya? fakultas mana?”. “iya, gue anak fakultas hukum”. Jawab gue singkat. 
Semenjak itu Dika terus deketin gue. Dan suatu hari Dika ngajak kencan, katanya sih Cuma minta di temenin ke acara ultah temennya. Gue terima ajakan Dika, dan gue fikir inilah waktu yang tepat untuk memulai membalaskan dendam Riri.
Malam itu Dika jemput gue dirumah, gue udah rencanain semuanya. Sepulang dari acara ultah, Dika mengajak gue kerumah dia. Dan disitu gue udah tebak pasti Dika bakal ngelakuin hal yang sama yang dia pernah lakuin ke cewe-cewe yang jadi korbannya.
Benar saja dugaan gue, dia membawa gue ka kamarnya. “Tunggu sebentar ya , gue mau ganti baju dulu.” Ucap Dika. Gue hanya mengangguk. Sewaktu Dika di kamar mandi ganti baju, gue segera mengeluarkan kamera dan menyimpanya di dekat hiasan-hiasan di meja. Namun sayang usaha gue keburu ketauan Dika, sepertinya Dika udah tau rencana gue. ?”ngapain lo nyimpen kamera disitu ?” tanya Dika sambil melihat gue dengan penuh amarah. Gue coba mengalihkan pertanyaan Dika, tapi Dika tetap saja gak peduli. “gue tau siapa lo sebenarnya, lo itu kaka nya Riri kan ? dan gue tau apa yang ada di otak lo, lo sengaja mau jebak gue kan ?” ucap Dika. “bagus deh kalo lo udah tau semuanya, jadi gue gak perlu lama-lama bersandiwara sama lo.” Ucap gue dengan wajah sinis. Namun saat itu rencana gue gagal, Dika membanting kamera yang akan gue jadikan bukti atas kebejadan dia selama ini. Dika membanting tubuh gue ke tempat tidur, dan Dika memperkosa gue malam itu. Gue bener-bener hancur, gue merasa berslah karena belum bisa membalaskan dendam Riri terhadap Dika. :Riri, maafkan kaka de, kaka gagal membalas semua perbuatan Dika sama kamu, dan sekarang malah kaka yang jadi korban lelaki bejad itu.” Ucap gue sambil menangis dan memeluk foto Riri. Tapi saat itu pula gue sadar, gue gak boleh lemah, gue harus jadi wanita kuat dan gue gak akan nyerah buat membalaskan dendam Riri terhadap Dika.
Malam itu gue nekad, gue masuk kamar Dika tanpa sepengetahuan Dika. Begitu Dika dating dan membuka pintu kamar gue langsung menghadang Dika dengan pisau. Dika begitu kaget saat gue todong lehernya dengan pisau. “diem lo, atau gue tusuk lo sama pisau ini.” Ucap gue sambil mengarahkan pisau ke leher Dika. “mau lo apa ?” tanya Dika dengan penuh ketakutan. “Gue Cuma pengen lo mengakui semua apa yang telah lo lakuin sama adik gue.” Ucap gue sambil mengeluarkan kiamera kehadapan Dika. “Oke, gue bakal mengakui semuanya”. Ucap Dika.
“Lo kan yang udah menghamili adik gue dan lo gak mau tanggung jawab sampe akhirnya Riri bunuh diri ?” tanya gue dengan nada mengancam. “iyya, gue yang udah hamili ade lo.” Ucap dika . “dan lo juga sering kan melakukannya dengan wanita lain yang udah jadi korban lo”. Tanya gue. “iya”. Jawab Dika singkat. “atas dasar apa lo ngelakuin semua itu ?”. tanya gue . “biar gue jantan karena udah mengambil keperawanan cewe-cewe tolol itu ! puas lo!” ucap Dika sambil berontak. “Oke, kamera ini udah ngerekam semua yang udah lo katakana  tadi, dan gue bakal sebar ke semua tempat rekaman ini biar semua orang tau kalo lo itu laki-laki bejad yang udah membunuh ade gue.” Ucap gue mengancam .
Saat itu Dika mencoba berontak dan mencoba merebut kamera itu dari tangan gue, tapi gak berhasil karena gue langsung lari keluar. Dika mengejar gue sampai ke taman depan rumah, saat itu gue bener-bener bingung harus lari kemana, dan akhirnya gue memutuskan untuk ngumpet dibalik tong sampah yang ada di halaman rumah. Gue fikir itu tempat paling aman, tapi tanpa gue sadari Dika udah ada di depan gue. Saat itu juga gue langsung menghadang Dika dengan pisau yang masih ada di tangan gue, “ngejauh lo dari gue, atau gue tusuk lo dengan pisau ini”. Ucap gue mengancam dan mengarahkan pisau ke arah Dika. Tapi Dika tetap saja mencoba merebut kamera itu dari tangan gue, disitu gue sempat melawan Dika dengan sekuat tenaga, sampai akhirnya gue dorong Dika sampai terjatuh dan tanpa disengaja pisau itu menusuk ke perut Dika. Saat itu gue bener-bener ga nyangka kalo Dika udah mati di tangan gue.
Akhirnya gue pun menyerahkan diri ke polisi, gue mengakui semua apa yang telah gue lakuin terhadap Dika. Namun gak sedikit pun ada rasa menyesal, gue ikhlas mendekam dipenjara. Gue udah berhasil membalas semua dendam Riri, dan gue yakin Riri pasti sekarang udah tenang di alam sana .
Facebook Twitter Google+
Back To Top