Kebudayaan suatu negara atau wilayah tidak terbentuk secara murni.
Artinya, kebudayaan bukan hanya merupakan hasil interaksi dalam
masyarakat, namun juga telah terpengaruh dan bercampur dengan unsur
kebudayaan dari luar. Pengaruh budaya asing terjadi pertama kali saat
suatu bangsa berinteraksi dengan bangsa lain. Misalnya, melalui
perdagangan dan penjajahan. Dalam proses interaksi tersebut terjadi
saling memengaruhi unsur budaya antarbangsa. Pada awalnya, perhatian
para sarjana antropologi untuk memahami bagaimana unsur kebudayaan asing
bisa masuk ke Indonesia adalah melalui penelusuran sejarah mengenai
kedatangan bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang bertujuan untuk
melakukan kolonisasi. Pada masa kolonial Belanda diterapkan sistem
administrasi, seperti kelurahan, kawedanan, desa, dan dusun yang sampai
sekarang masih tetap berlaku.
Pengaruh budaya asing lainnya yang bersifat positif adalah budaya baca tulis yang mulai diterapkan pada masyarakat di segala lapisan sosial. Budaya asing tidak harus selalu diartikan budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya barat. Namun, tidak bisa disangkal bahwa budaya barat berupa makanan, mode, seni, dan iptek memang telah banyak memengaruhi budaya masyarakat di Indonesia. Pada abad ke- 20 dan ke-21, pengaruh budaya asing di Indonesia dapat terlihat melalui terjadinya gejala globalisasi. Dalam proses globalisasi terjadi penyebaran unsur-unsur budaya asing dengan cepat melalui sarana teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi.
Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Karena letak geografis tersebut, Indonesia terletak di persimpangan jalan yang banyak disinggahi orang-orang asing. Akibatnya, Indonesia banyak menerima pengaruh unsur kebudayaan asing, seperti dari India, Cina, dan Eropa. Hubungan dengan masyarakat luar tersebut menyebabkan bertambahnya keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia terdiri atas unsur kebudayaan asli, yaitu kebudayaan nenek moyang pada zaman prasejarah dan unsur kebudayaan dari luar, seperti kebudayaan Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Itulah sebabnya, kebudayaan Indonesia banyak yang diwarnai budaya asing. Misalnya, dalam gaya hidup, cara berpakaian, seni musik, dan seni tari.
Pengaruh Hindu sangat terasa dalam susunan negara dan pemerintah, terutama mengenai kedudukan raja-raja pada zaman dahulu yang dianggap sebagai keturunan dewa yang bersifat turun-temurun. Dengan masuknya Hindu, rakyat Indonesia dapat belajar membaca dan menulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta. Akibat pengaruh Hindu dan Buddha maka seni bangunan candi berkembang pesat, seperti dengan berdirinya Candi Borobudur, Prambanan, dan Mendut. Selain itu, agama Islam juga banyak mempengaruhi masyarakat Indonesia. Hampir sebagian besar penduduk Indonesia terpengaruh budaya Islam. Bahkan di daerah Aceh, Banten, Cirebon, Demak, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Barat Islam berkembang pesat, terutama pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa Eropa di samping membawa pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebarkan agama Kristen.
Dalam hidupnya, manusia memiliki naluri untuk mengembangkan daerah kekuasaannya dengan melakukan migrasi atau perpindahan. Perpindahan tersebut berawal dari upaya manusia memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan mata pencahariannya. Proses migrasi ini membawa dampak terhadap proses penyebaran kebudayaan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan adanya migrasi (perpindahan manusia dari daerah satu ke daerah lain), maka terjadilah proses difusi, akulturasi, asimilasi, dan penetrasi budaya.
Pengaruh budaya asing lainnya yang bersifat positif adalah budaya baca tulis yang mulai diterapkan pada masyarakat di segala lapisan sosial. Budaya asing tidak harus selalu diartikan budaya yang berasal dari luar negeri, seperti budaya barat. Namun, tidak bisa disangkal bahwa budaya barat berupa makanan, mode, seni, dan iptek memang telah banyak memengaruhi budaya masyarakat di Indonesia. Pada abad ke- 20 dan ke-21, pengaruh budaya asing di Indonesia dapat terlihat melalui terjadinya gejala globalisasi. Dalam proses globalisasi terjadi penyebaran unsur-unsur budaya asing dengan cepat melalui sarana teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi.
1. Faktor Sejarah
Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudra, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Karena letak geografis tersebut, Indonesia terletak di persimpangan jalan yang banyak disinggahi orang-orang asing. Akibatnya, Indonesia banyak menerima pengaruh unsur kebudayaan asing, seperti dari India, Cina, dan Eropa. Hubungan dengan masyarakat luar tersebut menyebabkan bertambahnya keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia terdiri atas unsur kebudayaan asli, yaitu kebudayaan nenek moyang pada zaman prasejarah dan unsur kebudayaan dari luar, seperti kebudayaan Hindu, Buddha, Islam, dan Kristen. Itulah sebabnya, kebudayaan Indonesia banyak yang diwarnai budaya asing. Misalnya, dalam gaya hidup, cara berpakaian, seni musik, dan seni tari.
Pengaruh Hindu sangat terasa dalam susunan negara dan pemerintah, terutama mengenai kedudukan raja-raja pada zaman dahulu yang dianggap sebagai keturunan dewa yang bersifat turun-temurun. Dengan masuknya Hindu, rakyat Indonesia dapat belajar membaca dan menulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sanskerta. Akibat pengaruh Hindu dan Buddha maka seni bangunan candi berkembang pesat, seperti dengan berdirinya Candi Borobudur, Prambanan, dan Mendut. Selain itu, agama Islam juga banyak mempengaruhi masyarakat Indonesia. Hampir sebagian besar penduduk Indonesia terpengaruh budaya Islam. Bahkan di daerah Aceh, Banten, Cirebon, Demak, Sulawesi Selatan, dan Sumatra Barat Islam berkembang pesat, terutama pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi. Bangsa Eropa di samping membawa pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi juga menyebarkan agama Kristen.
Dalam hidupnya, manusia memiliki naluri untuk mengembangkan daerah kekuasaannya dengan melakukan migrasi atau perpindahan. Perpindahan tersebut berawal dari upaya manusia memenuhi kebutuhannya yang berkaitan dengan mata pencahariannya. Proses migrasi ini membawa dampak terhadap proses penyebaran kebudayaan dari satu daerah ke daerah lain. Dengan adanya migrasi (perpindahan manusia dari daerah satu ke daerah lain), maka terjadilah proses difusi, akulturasi, asimilasi, dan penetrasi budaya.
Menurut William A. Haviland, difusi adalah penyebaran kebiasaan atau
sistem adat istiadat dari kebudayaan yang satu kepada kebudayaan yang
lain. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses bertemunya dua
budaya atau lebih di mana unsur-unsur budaya lama atau asli masih
terlihat dan tidak hilang. Menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah
proses yang timbul apabila sekelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan pada unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing,
sehingga unsur-unsur asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
asli.
Menurut Koentjaraningrat, asimilasi adalah proses sosial yang terjadi
pada berbagai golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda. Selanjutnya sifat khas dari unsur-unsur kebudayaan
masing-masing berubah menjadi kebudayaan campuran. Adapun penetrasi
kebudayaan adalah masuknya pengaruh kebudayaan asing yang sedemikian
rupa, sehingga menimbulkan perubahan kebudayaan secara besar-besaran
dalam waktu yang relatif singkat. Indonesia yang terletak di antara dua
benua dan dua samudra, memiliki peluang terjadinya proses interaksi
sosial dari berbagai bangsa sekaligus membuka proses difusi atau
penyebaran kebudayaan melalui jalur perdagangan, baik lokal maupun
antarnegara. Melalui perdagangan inilah terjadi kontak kebudayaan
antarsuku bangsa, baik suku-suku bangsa yang ada di Indonesia maupun
dari mancanegara.
Perpindahan unsur-unsur kebudayaan dapat terjadi tanpa disertai adanya
proses perpindahan kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat
ke tempat lainnya. Hal itu dapat terjadi dalam proses perdagangan
ataupun pelayaran, di mana para pedagang selain melakukan transaksi
dagang, juga memperkenalkan kebudayaan bangsa mereka. Demikian pula yang
dilakukan para penyebar agama. Agama Islam misalnya, masuk ke Indonesia
dibawa oleh pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia.
Proses penyebaran kebudayaan didominasi melalui jalur perdagangan laut,
maka dari itu penduduk di daerah pesisir memiliki kebudayaan campuran.
Pengaruh kebudayaan asing yang dibawa kaum pedagang ataupun pelaut
banyak memengaruhi pola kebudayaan masyarakat pribumi yang tinggal di
daerah pesisir atau di sekitar pelabuhan tempat mendaratnya pedagang
asing. Pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan lokal secara umum
dapat dijumpai dalam bentuk sebagai berikut.
1.1. Pengaruh Budaya Asing terhadap Sistem Religi / Kepercayaan
Bergesernya sistem religi yang berakar pada kepercayaan tradisional
menuju sistem religi yang berlandaskan ajaran agama, merupakan contoh
konkret adanya pengaruh kebudayaan asing terhadap kebudayaan lokal.
Bangsa Indonesia pada awalnya menganut sistem kepercayaan kepada roh-roh
leluhur maupun kekuatan gaib yang diwariskan secara turun temurun.
Namun, kini telah terkikis dengan adanya ajaran agama yang menekankan
kepada satu tujuan penyembahan yakni Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun
demikian bukan berarti sistem religi tradisional yang merupakan
kebudayaan asli bangsa Indonesia telah punah. Hal ini tampak dalam
bentuk upacara adat tradisional yang telah mengalami penyesuaian dengan
sistem religi yang berdasarkan agama. Misal: upacara sedekah laut,
upacara sekaten, dan upacara yaqowiyu, merupakan bentuk-bentuk
kebudayaan yang menggabungkan unsur religi tradisional dengan agama.
Gambar 1. Bagi masyarakat Surakarta dan Jogjakarta, sekatenan merupakan bentuk kebudayaan asli suku bangsa Jawa yang telah dipadukan dengan nuansa kebudayaan Islam. (Yuwono Sri Suwito/ jogjatv.tv) |
1.2. Pengaruh Budaya Asing terhadap Sistem Pengetahuan
Setiap suku bangsa memiliki sistem pengetahuan yang membentuk unsur
kebudayaan lokal. Sebelum unsur pengetahuan kebudayaan asing memengaruhi
kebudayaan lokal, nenek moyang kita telah mengenal pengetahuan tentang
kemaritiman, gejala alam, perubahan musim, berburu, bercocok tanam
sampai kepada pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Masuknya
kebudayaan asing dengan membawa bentuk sistem pengetahuan yang lebih
modern telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap keadaan alam
sekitarnya. Pengetahuan tradisional yang cenderung berlandaskan pada
kemampuan intuitif yang irasional berubah ke pola pemikiran yang lebih
rasional. Misal: penemuan obatobatan tradisional merupakan bentuk
pengembangan pengetahuan tradisional terhadap khasiat tumbuhan yang
dipadukan dengan pengetahuan modern (ilmu farmasi), sehingga
menghasilkan obat yang alami dan bebas dari bahan kimia. Demikian halnya
pengaruh kebudayaan asing di bidang pengetahuan yang berkaitan dengan
cara bercocok tanam, telah mengubah pola kehidupan petani tradisional
menjadi lebih produktif.
1.3. Pengaruh Budaya Asing terhadap Sistem Teknologi
Teknologi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkaitan dengan
peralatan yang dipergunakan manusia untuk mengubah keadaan sekitarnya
maupun keadaan dirinya demi terpenuhinya kebutuhan hidup. Sistem
teknologi tradisional yang menjadi unsur kebudayaan lokal menyangkut
tentang:
a. alat-alat produksi;
b. senjata;
c. wadah;
d. alat untuk menyalakan api;
e. makanan dan minuman;
f. pakaian dan perhiasan;
g. tempat berlindung atau rumah;
h. alat-alat transportasi.
Masuknya kebudayaan asing banyak memengaruhi teknologi tradisional yang
berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia. Mekanisasi dalam
pertanian, telah menggeser peralatan tradisional dengan alat modern
dalam pengolahan tanah. Hal itu membawa dampak terhadap peningkatan
produksi pertanian.
1.4. Pengaruh Budaya Asing terhadap Sistem Kesenian
Dari waktu ke waktu kesenian tradisional sebagai salah satu unsur
kebudayaan lokal mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya terutama para
generasi muda. Masuknya kesenian mancanegara yang dirasa lebih menarik
dan mewakili jiwa muda, banyak menggeser ruang gerak kesenian
tradisional. Salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional
agar tetap lestari adalah dengan memadukan unsur-unsur kebudayaan asing
ke dalam kesenian tradisional tersebut. Misal: kesenian musik campur
sari, merupakan bentuk kesenian yang memadukan unsur-unsur kesenian
tradisional dengan unsur-unsur kesenian modern.
Pementasan seni pertunjukan
tradisional, seperti: lenong dan wayang kulit, banyak menyisipkan
unsur-unsur kesenian modern untuk menarik penonton khususnya kalangan
anak muda.
1.5. Pengaruh Budaya Asing terhadap Bahasa
Bahasa merupakan sistem perlambang dalam komunikasi. Salah satu ciri
suatu suku bangsa adalah memiliki bahasa daerah yang merupakan bahasa
komunikasi antar warga dalam kelompok suku bangsa yang bersangkutan.
Pengaruh kebudayaan asing terhadap perkembangan bahasa daerah sangatlah
besar. Terutama di daerah pesisir, di mana penduduknya banyak
berinteraksi dengan suku bangsa lain (asing) yang memiliki komposisi
bahasa yang berbeda dengan komposisi bahasa induknya. Misal: bahasa Jawa
yang diterapkan di daerah pesisir berbeda dengan bahasa Jawa yang ada
di daerah pedalaman.
Secara umum, pengaruh kebudayaan asing khususnya dalam bahasa, bukan
menghilangkan bahasa lokal, namun justru memperkaya perbendaharaan kata
dalam bahasa lokal tersebut. Banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia
yang berasal dari kata-kata bahasa asing yang telah diserap menjadi
kosakata bahasa Indonesia.
1.6. Pengaruh Budaya Asing dalam Era Globalisasi
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Indonesia telah memasuki era globalisasi. Kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi telah menyebabkan masuknya pengaruh budaya dari seluruh penjuru dunia dengan cepat ke Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan sistem komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk mengikuti sistem serta kaidah-kaidah yang sama. Pada era globalisasi, peristiwa yang terjadi di suatu negara dapat diketahui dengan cepat oleh negara lain melalui media massa, seperti televisi, radio, surat kabar atau internet.
Globalisasi berlangsung melalui saluran-saluran tertentu, seperti media massa, pariwisata internasional, lembaga perdagangan dan industri internasional, serta lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Saluran-saluran globalisasi, antara lain sebagai berikut.
a. Media Massa
Arus globalisasi diperoleh melalui media komunikasi massa, seperti radio, televisi, surat kabar, film, dan internet. Globalisasi melalui media massa telah membuat dunia menjadi seolah-olah tanpa batas. Melalui media massa, seperti televisi yang disiarkan dalam jaringan satelit, peristiwa bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004 dapat diketahui di seluruh dunia. Demikian juga dengan perkembangan internet yang telah memudahkan perkembangan iptek dengan adanya kemudahan mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia dengan murah dan cepat. Selain itu, dalam arus globalisasi, terjadi perubahan perilaku masyarakat di bidang mode pakaian, peralatan hidup, dan makanan akibat pengaruh penyebaran informasi dari luar negeri melalui media massa. Sebagai sarana pewarisan budaya pada era globalisasi, media massa sangat berpengaruh dalam penyerapan budaya asing di masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Dampak positif budaya asing di media massa adalah masuknya iptek yang menunjang kemajuan di segala bidang. Pengaruh negatif budaya asing di media massa adalah terjadinya goncangan budaya karena adanya individu yang tidak siap menerima perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya dan adat istiadat.
b. Pariwisata Internasional
Berkembangnya sektor pariwisata internasional juga berpengaruh terhadap penyebaran arus globalisasi. Kegiatan pariwisata internasional yang melibatkan banyak negara dapat dilakukan dengan mudah karena adanya kemajuan sarana transportasi dan telekomunikasi. Dengan meningkatnya kebutuhan wisata antarnegara menyebabkan masuknya devisa yang sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan suatu negara. Dengan berkembangnya sektor pariwisata internasional, seseorang dapat dengan mudah bepergian dari satu negara ke negara lainnya.
c. Lembaga Perdagangan dan Industri Internasional
Globalisasi dalam perdagangan internasional ditandai dengan adanya pasar bebas. Dalam era pasar bebas, setiap negara akan berlomba-lomba mengembangkan keunggulan komparatifnya untuk menarik para investor dari luar negeri. Era pasar bebas juga ditandai adanya kebebasan kontak perdagangan antarnegara tanpa dibatasi hambatan fiskal dan tarif. Walaupun setiap negara bebas untuk menjalin hubungan perdagangan, namun tetap diperlukan suatu wadah kerja sama di bidang ekonomi. Misalnya, pendirian dewan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan dewan kerja sama ekonomi Amerika Utara (NAFTA).
Arus globalisasi yang melanda seluruh dunia mempunyai dampak bagi bidang sosial budaya suatu bangsa. Pada awalnya, globalisasi hanya dirasakan di kota-kota besar di Indonesia. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi globalisasi juga telah menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Arus globalisasi yang penyebarannya sangat luas dan cepat tersebut membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif globalisasi, antara lain sebagai berikut.
Di Indonesia, modernitas adalah salah satu konsep yang menunjukkan adanya interaksi antara budaya lokal dan budaya asing. Ciri-ciri modernitas adalah mobilitas sosial yang tinggi, efisiensi, dan sikap individualisme. Hal-hal tersebut tidak bisa dipungkiri telah mempengaruhi kehidupan manusia. Namun, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dampak positif dan negatif. Individualisme berdampak negatif apabila mendorong individu untuk bekerja secara lebih produktif. Namun, di sisi lain individualisme juga berdampak pada timbulnya sikap mementingkan diri sendiri. Selain itu, sebagai dampak individualisme, kegiatan gotong royong dan bentuk-bentuk kelembagaan sosial lainnya mulai diabaikan. Dengan demikian, modernitas tidaklah harus dinilai secara positif atau negatif karena hal itu tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu memberikan penilaian sesuai dengan konteks kebudayaannya.
Namun, sebenarnya kemodernan tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan nilai-nilai kebersamaan, empati, dan solidaritas sosial. Oleh karena itu, setiap individu harus memiliki kesadaran untuk tetap menghargai nilai-nilai tersebut. Perwujudan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas sosial dalam masyarakat memang tidak bisa diterapkan secara kaku. Misalnya, lebih sulit untuk menerapkan sikap tersebut di dalam masyarakat perkotaan. Hal itu disebabkan sikap individualisme dan budaya materialisme yang lebih tinggi pada masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, perwujudan sikap empati sosial di dalam masyarakat perkotaan tidak bisa diterapkan dengan meniru kebersamaan masyarakat di daerah pedesaan. Perwujudan sikap empati sosial tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk membantu sesama yang mengalami musibah bencana alam. Contohnya pada saat terjadinya bencana tsunami di Aceh, gempa Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan bencana banjir di Jakarta tahun 2007, sikap kegotongroyongan dan kebersamaan diwujudkan warga masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan sosial untuk meringankan penderitaan korban bencana alam.
1.7. Dampak / Pengaruh Positif bagi Kebudayaan Nasional
Kebudayaan asing menjadi baik bagi kebudayaan nasional ketika kebudayaan asing mampu memberi masukan kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian kebudayaan nasional. Selain itu, kebudayaan nasional menjadi menguntungkan bagi kebudayaan nasional ketika mampu menyumbangkan nilai lebih bagi kebudayaan nasional. Kebudayaan asing menjadi berguna bagi kebudayaan nasional manakala kebudayaan asing tersebut diterima di dalam insan pelaku kebudayaan nasional. Salah satu contoh kebudayaan asing yang memberi masukan kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian nasional adalah agama. Banyak agama yang masuk ke Indonesia sesuai dengan kepribadian bangsa, sehingga hampir seluruh agama yang masuk ke Indonesia dapat berkembang dengan baik. Sementara itu, salah satu contoh kebudayaan asing yang memberi
nilai lebih bagi kebudayaan nasional adalah masuknya teknologi tinggi bagi Indonesia. Teknologi mampu membantu manusia pada segala bidang. Nilai lebih didapatkan karena teknologi asing mampu memberi bantuan bagi keseharian hidup manusia. Adapun salah satu contoh kebudayaan asing yang berguna bagi kebudayaan nasional adalah lemari es. Lemari es berguna menampung, mendinginkan, membekukan, dan mengawetkan sesuatu.
1.6. Pengaruh Budaya Asing dalam Era Globalisasi
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Indonesia telah memasuki era globalisasi. Kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi telah menyebabkan masuknya pengaruh budaya dari seluruh penjuru dunia dengan cepat ke Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, globalisasi adalah proses terbentuknya sistem organisasi dan sistem komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuannya adalah untuk mengikuti sistem serta kaidah-kaidah yang sama. Pada era globalisasi, peristiwa yang terjadi di suatu negara dapat diketahui dengan cepat oleh negara lain melalui media massa, seperti televisi, radio, surat kabar atau internet.
Globalisasi berlangsung melalui saluran-saluran tertentu, seperti media massa, pariwisata internasional, lembaga perdagangan dan industri internasional, serta lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Saluran-saluran globalisasi, antara lain sebagai berikut.
a. Media Massa
Arus globalisasi diperoleh melalui media komunikasi massa, seperti radio, televisi, surat kabar, film, dan internet. Globalisasi melalui media massa telah membuat dunia menjadi seolah-olah tanpa batas. Melalui media massa, seperti televisi yang disiarkan dalam jaringan satelit, peristiwa bencana Tsunami di Aceh pada tahun 2004 dapat diketahui di seluruh dunia. Demikian juga dengan perkembangan internet yang telah memudahkan perkembangan iptek dengan adanya kemudahan mengakses berbagai informasi dari seluruh penjuru dunia dengan murah dan cepat. Selain itu, dalam arus globalisasi, terjadi perubahan perilaku masyarakat di bidang mode pakaian, peralatan hidup, dan makanan akibat pengaruh penyebaran informasi dari luar negeri melalui media massa. Sebagai sarana pewarisan budaya pada era globalisasi, media massa sangat berpengaruh dalam penyerapan budaya asing di masyarakat yang bersifat positif dan negatif. Dampak positif budaya asing di media massa adalah masuknya iptek yang menunjang kemajuan di segala bidang. Pengaruh negatif budaya asing di media massa adalah terjadinya goncangan budaya karena adanya individu yang tidak siap menerima perubahan dan pergeseran nilai-nilai budaya dan adat istiadat.
b. Pariwisata Internasional
Berkembangnya sektor pariwisata internasional juga berpengaruh terhadap penyebaran arus globalisasi. Kegiatan pariwisata internasional yang melibatkan banyak negara dapat dilakukan dengan mudah karena adanya kemajuan sarana transportasi dan telekomunikasi. Dengan meningkatnya kebutuhan wisata antarnegara menyebabkan masuknya devisa yang sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan suatu negara. Dengan berkembangnya sektor pariwisata internasional, seseorang dapat dengan mudah bepergian dari satu negara ke negara lainnya.
c. Lembaga Perdagangan dan Industri Internasional
Globalisasi dalam perdagangan internasional ditandai dengan adanya pasar bebas. Dalam era pasar bebas, setiap negara akan berlomba-lomba mengembangkan keunggulan komparatifnya untuk menarik para investor dari luar negeri. Era pasar bebas juga ditandai adanya kebebasan kontak perdagangan antarnegara tanpa dibatasi hambatan fiskal dan tarif. Walaupun setiap negara bebas untuk menjalin hubungan perdagangan, namun tetap diperlukan suatu wadah kerja sama di bidang ekonomi. Misalnya, pendirian dewan kerja sama ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan dewan kerja sama ekonomi Amerika Utara (NAFTA).
Arus globalisasi yang melanda seluruh dunia mempunyai dampak bagi bidang sosial budaya suatu bangsa. Pada awalnya, globalisasi hanya dirasakan di kota-kota besar di Indonesia. Namun dengan adanya kemajuan teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi globalisasi juga telah menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Arus globalisasi yang penyebarannya sangat luas dan cepat tersebut membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif globalisasi, antara lain sebagai berikut.
- Kemajuan di bidang teknologi, komunikasi, informasi, dan transportasi yang memudahkan kehidupan manusia.
- Kemajuan teknologi menyebabkan kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif, dan efisien sehingga membuat produksi dalam negeri mampu bersaing di pasar internasional.
- Kemajuan teknologi memengaruhi tingkat pemanfaatan sumber daya alam secara lebih efisien dan berkesinambungan.
- Kemajuan iptek membuat bangsa Indonesia mampu menguasai iptek sehingga bangsa Indonesia mampu sejajar dengan bangsa lain.
- Terjadinya sikap mementingkan diri sendiri (individualisme) sehingga kegiatan gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat mulai ditinggalkan.
- Terjadinya sikap materialisme, yaitu sikap mementingkan dan mengukur segala sesuatu berdasarkan materi karena hubungan sosial dijalin berdasarkan kesamaan kekayaan, kedudukan sosial atau jabatan. Akibat sikap materialisme, kesenjangan sosial antara golongan kaya dan miskin semakin lebar.
- Adanya sikap sekularisme yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dan mengabaikan nilai-nilai agama.
- Timbulnya sikap bergaya hidup mewah dan boros karena status seseorang di dalam masyarakat diukur berdasarkan kekayaannya.
- Tersebarnya nilai-nilai budaya yang melanggar nilai-nilai kesopanan dan budaya bangsa melalui media massa seperti tayangan-tayangan film yang mengandung unsur pornografi yang disiarkan televisi asing yang dapat ditangkap melalui antena parabola atau situs-situs pornografi di internet.
- Masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, yang dibawa para wisatawan asing. Misalnya, perilaku seks bebas (free s*x).
Di Indonesia, modernitas adalah salah satu konsep yang menunjukkan adanya interaksi antara budaya lokal dan budaya asing. Ciri-ciri modernitas adalah mobilitas sosial yang tinggi, efisiensi, dan sikap individualisme. Hal-hal tersebut tidak bisa dipungkiri telah mempengaruhi kehidupan manusia. Namun, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dampak positif dan negatif. Individualisme berdampak negatif apabila mendorong individu untuk bekerja secara lebih produktif. Namun, di sisi lain individualisme juga berdampak pada timbulnya sikap mementingkan diri sendiri. Selain itu, sebagai dampak individualisme, kegiatan gotong royong dan bentuk-bentuk kelembagaan sosial lainnya mulai diabaikan. Dengan demikian, modernitas tidaklah harus dinilai secara positif atau negatif karena hal itu tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu memberikan penilaian sesuai dengan konteks kebudayaannya.
Namun, sebenarnya kemodernan tidak bisa dijadikan alasan untuk mengabaikan nilai-nilai kebersamaan, empati, dan solidaritas sosial. Oleh karena itu, setiap individu harus memiliki kesadaran untuk tetap menghargai nilai-nilai tersebut. Perwujudan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas sosial dalam masyarakat memang tidak bisa diterapkan secara kaku. Misalnya, lebih sulit untuk menerapkan sikap tersebut di dalam masyarakat perkotaan. Hal itu disebabkan sikap individualisme dan budaya materialisme yang lebih tinggi pada masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, perwujudan sikap empati sosial di dalam masyarakat perkotaan tidak bisa diterapkan dengan meniru kebersamaan masyarakat di daerah pedesaan. Perwujudan sikap empati sosial tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk membantu sesama yang mengalami musibah bencana alam. Contohnya pada saat terjadinya bencana tsunami di Aceh, gempa Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta, dan bencana banjir di Jakarta tahun 2007, sikap kegotongroyongan dan kebersamaan diwujudkan warga masyarakat dalam berbagai bentuk kegiatan sosial untuk meringankan penderitaan korban bencana alam.
1.7. Dampak / Pengaruh Positif bagi Kebudayaan Nasional
Kebudayaan asing menjadi baik bagi kebudayaan nasional ketika kebudayaan asing mampu memberi masukan kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian kebudayaan nasional. Selain itu, kebudayaan nasional menjadi menguntungkan bagi kebudayaan nasional ketika mampu menyumbangkan nilai lebih bagi kebudayaan nasional. Kebudayaan asing menjadi berguna bagi kebudayaan nasional manakala kebudayaan asing tersebut diterima di dalam insan pelaku kebudayaan nasional. Salah satu contoh kebudayaan asing yang memberi masukan kebudayaan yang sesuai dengan kepribadian nasional adalah agama. Banyak agama yang masuk ke Indonesia sesuai dengan kepribadian bangsa, sehingga hampir seluruh agama yang masuk ke Indonesia dapat berkembang dengan baik. Sementara itu, salah satu contoh kebudayaan asing yang memberi
nilai lebih bagi kebudayaan nasional adalah masuknya teknologi tinggi bagi Indonesia. Teknologi mampu membantu manusia pada segala bidang. Nilai lebih didapatkan karena teknologi asing mampu memberi bantuan bagi keseharian hidup manusia. Adapun salah satu contoh kebudayaan asing yang berguna bagi kebudayaan nasional adalah lemari es. Lemari es berguna menampung, mendinginkan, membekukan, dan mengawetkan sesuatu.
Anda sekarang sudah mengetahui Budaya Asing. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Dapur Informasi.
Referensi :
Indriyawati, E. 2009. Antropologi 1 : Untuk Kelas XI SMA dan MA. Pusat
Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
p. 137.
Lies, S. dan Budiarti, A. C. 2009. Antropologi Jilid 1 : Untuk Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 137.
Lies, S. dan Budiarti, A. C. 2009. Antropologi Jilid 1 : Untuk Kelas XI SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 137.
http://perpustakaancyber.blogspot.com