dapurinformasi.blogspot.com – Pernyataan
Jokowi Presiden ke-7 itu eror, ucap domen matematika Institute Teknologi
Bandung, Hebndra Gunawam.
Pernyataan ini tidak ada hubungan dengan sisi politik bapak jokowi.
Hendra bukan bagian dari jokowi haters. Dia hanya memberikan penilaian
bahwa pernyataan dengan kalimat “Jokowi Prosiden ke-7″ tidak tepat.
“Menurut saya, istilah ‘Presiden ke-7 RI’ itu eror,” demikian kicaunya lewat Twitter, Senin (20/10/2014).
Hendra mengungkapkan pemilihan ungkapan itu perlu dipertimbangkan
lagi, sebenarnya itu tidak salah total apakah perhitungannya menurut
orang atau periodenya.
Kalimat Pesiden ke-7 maka pemilihan yang akan datang dikatakan
pemilihan presiden ke berapa ?, ke-8, orang harus berbeda dong ?
Padahal, bisa sama.
Hendra berpendapat sebuah urutan presiden itu tidak dihitung dari
urutan individu yang menjabatnya akan tetapi dari urutan pemilu yang
diselenggarakan untuk memilih sang presiden itu.
“Yang benar, (Jokowi) adalah orang ke-7 yang menjadi Presiden RI. Jokowi menjadi Presiden ke-16!” tulis Hendra.
Presiden pertama dan kedua adalah Soekarno, sementara Presiden ke-3 hingga ke-10 adalah Soeharto.
Habibie menjadi Presiden ke-11. Gus Dur menjadi Presiden ke-12.
Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden ke-13. Sementara itu, Susilo
Bambang Yudhoyono adalah Presiden ke-14 dan ke-15.
Jika kita menyebutkan bahwa Jokowi sebagai presiden ke-7, kalau kita
sebutkan urutasn misalnya pressiden di israel bisa sangat membingungkan
karena satu orang bisa dua kali menjabat tetapi tak berurutan.
Sebagai contoh, Yitzhak Rabin menjabat sebagai Presiden Israel pada
1974-1977 dan 1992-1995. Sementara itu, Benjamin Netanyahu menjabat
sebagai Presiden Israel dari 1996-1999 dan 2009 hingga saat ini.
Meski demikian, secara bercanda, Hendra mengatakan, “Kalau menurut
numerolog, presiden ke-7 atau ke-16 sama saja karena 1 + 6 = 7.”