ARTIKEL
TENTANG IBNU SINA
|
Pendidikan Ibnu Sina
Ibnu
Sina
memulai pendidikannya pada usia lima tahun di kota kelahirannya, Bukhara.
Pengetahuan yang pertama kali yang dia pelajari adalah membaca al-Qur’an,
setelah itu ia melanjutkan dengan mempelajari ilmu-ilmu agama Islam seperti
Tafsir, Fiqih, Ushuluddin dan lain sebagainya, berkat ketekunan dan
kecerdasannya, beliau berhasil menghapal al-Quran dan menguasai berbagai
cabang ilmu-ilmu agama tersebut pada usia yang belum genap sepuluh tahun.
Dalam bidang Pendidikan lain, beliau juga mempelajari beberapa disiplin ilmu
diantaranya Matematika, logika, fisika, kedokteran, Astronomi, Hukum, dan
sebagainya.
Dengan kecerdasan yang beliau miliki, beliau banyak mempelajari filsafat dan cabang - cabangnya, kesungguhan yang cukup mengagumkan ini menunjukkan bahwa ketinggian otodidaknya, namun pada saat ia menyelami ilmu metafisika nya Arisstoteles, beliau mengalami kesulitan kendati sudah berulang-ulang membacanya bahkan beliau menghafalnya, tetap saja beliau belum dapat memahami isinya. setelah ia membaca karya Al-Farabi dalam buku risalahnya, barulah Ibnu Sina dapat memahami ilmu metafisika dengan baik. Secara tidak langsung Ibnu Sina telah berguru kepada al-Farabi, bahkan dalam otobiografinya disebutkan mengenai utang budinya kepada Al-Farabi.
Pada
usia 16 tahun beliau mulai dikenal sebagai ahli pengobatan, dan sudah
benar-benar dikenal pada saat beliau berumur 17 tahun dengan pembuktian bahwa
beliau telah berhasil menyembuhkan penyakit yang diderita sultan Samani Nuh
Ibn Mansur. Untuk menambah ilmunya, beliau juga banyak menghabiskan
sebahagian waktunya dengan membaca serta membahas buku-buku yang beliau
anggap penting di perpustakaan kerajaan Nuh ibnu Manshur yang bernama kutub
Khana, di sinilah beliau melepaskan dahaga belajarnya siang malam sehingga
semua ilmu pengetahuan dapat dikuasainya dengan baik.
|
D. Guru-Guru Ibnu Sina
Di
samping belajar secara otodidak, Ibnu Sina juga menyerap berbagai ilmu dari
beberapa orang Guru, antara lain Abu Bakar Ahmad bin Muhammad al-Barqi
al-Khawarizmi untuk ilmu bahasa, Ismail al-Zahid untuk ilmu fiqih, Abu Sahl
al-Masihi serta Abu Manshur al-Hasan bin Nuh untuk ilmu kedokteran.
Beliau/ibnu sina juga belajar Aritmatika dari `Ali Natili seorang sufi
ismaili berkebangsaaan India.
|
Ibnu
Sina merupakan Filosof besar Islam yang berhasil membangun system filsafat
lengkap dan terperinci, suatu system telah mendominasi tradisi filsafat
Muslim beberapa abad. Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena ibnu sina
memiliki system, tetapi karena system yang dimilikinya menampakan keaslian
juga menunjukkan jiwa yang jenius dalam menentukan metode–metode serta
diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi
intelektual ibnu sina atau untuk
mewarisi dan dalam system keagamaan Islam.[13] Diantara metode – metode dari
pemikiran ibnu sina paling populer adalah:
Bidang kedokteran yaitu Penyakit T.B.C juga Chronis.
Mengenai
penyakit-penyakit berbahaya sangat mengganggu manusia zaman modern ini, sudah
ditemukan dan sudah dicarikan pengobatannya oleh Ibnu sina pada seribu tahun
lalu. Desmond Stewart menyebutkan penemuan-penemuan baru Ibnu Sina tentang
menularnya penyakit T.B.C dan bisa membahayakan kesehatan manusia saat ini,
begitu juga dengan penyakit Chrionis.
Di
dalam bukunya “ Early Islam”, Stewart menerangkan :
Makna:
“ sekarang Ibnu Sina meninggalkan saham-saham pribadi mengenai pengakuan
sifat menular dari penyakit T.B.C, selain itu ibnu sina menulis tentang cara
mengobati penyakit-penyakit kulit dan penyakit gangguan jiwa. Diantara
penyakit terakhir ini, ibnu sina telah menemukan sakit cinta (love sicknes),
akibat hilangnya keseimbangan serta penjagaan diri, begitu juga dengan sakit
demam panas juga penyakit-penyakit chronis. Pengobatannya sangat sederhana,
yaitu setelah dilakukan pemeriksaan, maka si penderita dapat dipertemukan
dengan orang yang dirinduinya, dari pria juga wanita
|
G. Pengaruh Ibnu Sina
Pengaruh
pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah
ke Eropa. Kontribusi ibnu sina terhadap pemikiran dan ilmu pengetahuan
amatlah besar, diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan, pemikir dan
filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam ilmu medis,
ibnu sina memperoleh julukan “Father of DDi dalam bukunya octors”
(Bapak Para Dokter). Natsir Arsyad menyebutkan bahwa dokter kawakan ibnu sina
pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh
kaum Latin Skolastik. Julukan lain pernah diberikan kepada ibnu sina,
misalnya, adalah “Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, ia/ibnu sina
dianggap sebagai zenith, puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.
George Sarton, menyatakan bahwa prestasi medis Ibnu Sina sedemikian lengkap sehingga mengecilkan sumbangan lainnya dari seluruh dunia, seolah-olah mereka hanya membuat penemuan lebih kecil, dan sementara itu penyelidikan orisinal menyusut beberapa abad setelah masa ibnu sina. Sarton juga menguraikan pengaruh Ibnu Sina sangat besar terhadap ruang lingkup juga perkembangan ilmu kedokteran Barat. Karya ilmiah (textbook) ibnu sina merupakan referensi dasar utama ilmu medis di Eropa dalam periode waktu lebih panjang dari buku-buku lainnya .
Sepertinya
kontribusi terpenting dari ibnu sina dan diwariskan ibnu sina kepada
dunia kedokteran adalah dalam ilmu medisnya, yaitu Qanun fi al-Thibb
(Canon of Medicine, Konstitusi Ilmu Kedokteran). Seyyed Hossein Nasr menyebutkan
bahwa karya besar Qanun itu adalah karya pa ling banyak dibaca juga besar
pengaruhnya pada ilmu medis Islam dan Eropa. Karya besar ini merupakan satu
dari buku yang paling sering dicetak di Eropa pada masa Renaisans dalam
terjemahan Latinnya oleh Gerard dari Cremona. Buku teks standar ini terdiri
dari lima bagian pokok: prinsip-prinsip umum, obat-obatan, penyakit
organ-organ tertentu, penyakit lokal bertendensi menjalar ke seluruh tubuh,
seumpama demam, dan obat-obatan majemuk. Arsyad juga menyebutkan bahwa buku
Qanun ibnu sina sejak zaman dinasti Han di Cina telah menjadi buku standar
karya-karya medis Cina. Pada Abad Pertengahan, sejumlah besar karya ibnu sina
telah diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Hebrew, karya ibnu sina dalam
bidang bahasa tersebut merupakan bahasa-bahasa pengantar ilmu pengetahuan
masa itu.
Di
bidang filsafat, a. Pendahuluan/spanibnu sina dianggap sebagai imam para
filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. ibnu sina otodidak, genius
orisinil bukan hanya dunia Islam menyanjungnya, ia/ibnu sina memang merupakan
satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, bukan pinjaman sehingga
Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan
menyatakan dalam Regacy of Islam -nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar
filsafat Aristoteles sedikitpun tak dapat memberi pengaruh di Barat, karena
kitabnya tersembunyi entah dimana,kendatipun ada, sangat sukar sekali
didapatnya dan sangat susah dipahami dan digemari orang karena
peperangan-peperangan yang meraja lela di sebelah Timur, sampai saatnya ibnu
sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain membuktikan kembali falsafah
Aristoteles disertai dengan penerangan dan keterangan yang luas.
Selain
kepandaiannya sebagai flosof dan dokter, ibnu sina pun penyair. Ilmu-ilmu pengetahuan
seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada ditulisnya dalam bentuk syair,
dapat ditemukan melalui buku-buku dikarangnya untuk ilmu logika dengan syair.
Kebanyakan buku-bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika
orang-orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku-buku itu sebagai
textbook, di berbagai universitas. Oleh karena itu nama ibnu sina dalam abad
pertengahan di Eropa sangat berpengaruh. Dalam dunia Islam kitab-kitab Ibnu
Sina terkenal, bukan saja karena kepadatan ilmunya, akan tetapi karena
bahasanya baik diiringi caranya menulis sangat terang. Selain menulis dalam
bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku -bukunya dalam
bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.
Dapat
disimpulkan bahwa begitu besarnya pengaruh dari Ibnu Sina mengenai pemikiran
yang beliau/ibnu sina tuangkan kepada kita. Ide-ide cemerlang dari ibnu sina
memberikan dampak signifikan dalam ilmu pengetahuan, untuk itulah mari kita
memperbanyak syukur karena kita dapat mengetahui ilmu-ilmu dari Ibnu Sina
melalui karya-karyanya.
|
H. Pelajaran dari karakter personal Ibnu Sina
Pelajaran
penting bisa diambil dari kisah ibnu sina diatas dari mulai masa
kecil, masa remaja hingga masa tuanya adalah bahwa hidup ini memang penuh
perjuangan serta kerja keras dalam hal menuntut ilmu agar ilmu itu bisa
berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Keseimbangan iman juga takwa ibnu
sina, dibuktikan dengan belajar alquran dari kecil membuktikan bahwa jiwanya dari
kecil sudah diisi dengan ruh yang suci sehingga dalam perjalanan hidupnya
selalu mengharap ridho dan tawakkal kepada Allah untuk mencapai cita-cita,
disamping berusaha dengan mempelajari ilmu dengan gurunya dan belajar secara
otodidak.
Dengan
membaca Al-Qur’an sedari dini manusia bisa menggali ilmu pengetahuan
didalamnya, karena sesungguhnya Alquran adalah ilmunya dan kehidupan di alam
ini adalah prakteknya. Ibnu Sina dengan seksama menggabungkan itu
semua yaitu antara Alquran dan praktek di alam raya ini, sehingga muncullah
ide-ide atau pemikiran belum ada di Barat pada saat itu. Dengan hasil karya
pada waktu itu bisa mengubah dunia dalam bidang kedokteran sangat mengagumkan
juga luar biasa, pantaslah ibnu sina menjadi inspirasi banyak orang,
baik muslim maupun non muslim kemudian ingin belajar tentang ilmu pengetahuan
khususnya kedokteran, filsafat dan ilmu alam.
Sebagai
orang tua dan selalu ingin anak keturunanya menjadi anak cerdas dalam segala
bidang, tentunya dianjurkan mengikuti kisah hidup Ibnu Sina di atas. Yaitu
menyeimbangkan pelajaran antara ilmu agama dan ilmu umum atau ilmu
pengetahuan sebagai prakteknya. Sehingga jika dalam perjalanan menuju
cita-cita yang ingin dicapai, di tengah jalan mengalami kendala atau
kerikil-kerikil, maka anak tersebut tidak mudah putus asa. Tetapi bisa
berhenti sejenak dari hiruk pikuk kesibukan duniawi, kemudian mendekatkan
diri kepada Sang Pencipta kehidupan, maka insyaAllah segala kesulitan,
rintangan akan secepatnya terselesaikan karena kita selalu mengingat kepada
Sang Pencipta. Walaupun sebenarnya tidak pada saat menghadapi kesulitan saja
meminta pertolongan, tetapi setiap waktu menginggat kita harus ingat kepada
Allah SWT, sehingga segala pekerjaan untuk dikerjakan selalu diberi Ridho
oleh-Nya, semoga diberi kemudahan walaupun segala kendala pasti ada, tapi
kalau dari awal sudah diniatkan untuk kepentingan baik dan untuk orang
banyak, pasti selalu dibimbing oleh-Nya.
|
I.Karir Ibnu Sina sebagai Ilmuan
Mengawali
karirnya pertama Ibnu Sina mengikuti kiprah orang tuanya, yaitu membantu
tugas-tugas amir Nuh bin Mansur. ibnu sina misalnya diminta menyusun kumpulan
pemikiran filsafat oleh Abu al-Husain al-Arudi. Untuk ini ibnu sina menyusun
buku al-Majmu’. Setelah itu ibnu sina menulis buku al-Hashil wa al-Mashul dan
al-Birr wa al-Ism atas permintaan Abu Bakar al-Barqy al-Hawarizmy.
Setelah
usia ibnu sina atau memasuki dua puluh
dua tahun, ayahnya meninggal dunia, kemudian terjadi kemelut politik di tubuh
pemerintahan Nuh bin Mansur. Kedua orang putera kerajaan, yaitu Mansur, Abd
Malik saling berebut kekuasaan, kemudian dimenangkan oleh Abdul Malik.
Selanjutnya dalam pemerintahan yang belum stabil saat itu terjadi serbuam
dilakukan oleh kesultanan Mahmud al-Ghaznawi, sehingga seluruh wilayah
kerajaan Samani berpusat di Bukhara jatuh ke tangan Mahmud al-Ghaznawi
tersebut.
Dalam
keadaan situasi politik yang bagitu ricuh, Ibnu Sina memutuskan untuk
meninggalkan daerah asalnya. ibnu sina pergi ke Karkang ibukota al-Khawarizm,
di daerah tersebut Ibnu Sina mendapat penghormatan juga perlakuan baik. Di
kota ini pula Ibnu Sina banyak berkenalan dengan sejumlah pakar para ilmuwan
seperti, Abu al-Khir al-Khamar, Abu Sahl ‘Isa bin Yahya al-Masity al-Jurjani,
Abu Rayhan al-Biruni serta Abu Nash al-Iraqi. Setelah itu ibnu sina
melanjutkan perjalanan ke Nasa, Abiwarud, Syaqan, Jajarin selanjutnya ke
Jurjan. Setelah kota yang disinggahi ibnu sina terakhir ini juga kurang aman,
ibnu sina memutuskan pindah ke Rayi, bekerja pada As-Sayyidah dan putranya
Madjid al-Daulah, waktu itu terserang penyakit, dan membantu menyembuhkannya.
Sejarah serta perjalanan hidupnya dari segi keilmuannya dapat dibahagi kepada
dua fasa. pertama adalah fasa pembentukan (al-tahsil) dan fasa produktif
(al-intaj al-ilmi).
Fase
pertama yaitu fase belajar ibnu sina mengawali dari usia lima
tahun sehingga sepuluh tahun dalam mempelajari ilmu juga dasar Alquran serta
ilmu-ilmu agama. Ibnu Sina mengalami masa yang lebih didominasi oleh masa
belajarnya, ibnu sina lebih banyak melakukan penyerapan; di mana aktivitas
Ibnu Sina lebih banyak kepada reseptif dan retentif. Fase keduanya, yaitu
fase produktif, semasa ibnu sina berumur dua puluh satu tahun.Waktu ini
ibnu sina mulai melakukan aktivitas bersifat produktif. Ibnu Sina melakukan
aktivitas lebih produktif yaitu menghasilkan karya-karya secara produktif dan
sintesis. ibnu sina mulai mengarang kitab-kitab tentang metafisika, logika,
kedoktoran, psikologi, fisika.
|
Dalam
sejarah kehidupannya, Ibnu Sina juga dikenal sebagai seorang ilmuwan yang
sangat produktif dalam menghasilkan berbagai karya buku. Buku-buku
karangannya hampir meliputi seluruh cabang ilmu pengetahuan, diantarannya
ilmu kedokteran, filsafat, ilmu jiwa, fisika, logika, politik dan sastra
arab. Adapun karya-karyanya sebagai berikut :
Kitab
Qanun fi al-Thib, merupakan karya ibnu sina dalam bidang ilmu
kedokteran. Buku ini pernah menjadi satu-satunya rujukan dalam bidang
kedokteran di Eropa selama lebih kurang lima abad. Buku ini merupakan iktisar
pengobatan Islam juga diajarkan hingga kini di Timur.
Selain
kitab-kitab tersebut masih banyak karya ibnu sina berjumlah cukup besar,
namun untuk mengetahui berapa jumlah buku karya-karya ibnu sina/ tersebut
secara pasti sangatlah sulit, mengingat perbedaan tentang sedikit banyaknya
data yang digunakan. Namun untuk menjawab hal ini, setidaknya ada dua
pendapat. Pertama, dari penyelidikan yang dilakukan oleh Father dari Domician
di Kairo terhadap karya-karya Ibnu Sina, ia mencatat sebanyak 276 (dua ratus
tujuh puluh enam) buah. Kedua, Phillip K.Hitti dengan menggunakan daftar dan
dibuat al-Qifti mengatakan bahwa karya-karya tulis Ibnu Sina sekitar 99
(sembilan puluh sembilan) buah.
Pengaruh
pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran juga telaahnya di
bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah
ke Eropa. Kontribusi Ibnu Sina terhadap pemikiran serta ilmu pengetahuan
amatlah besar dan diakui berpengaruh signifikan kepada para ilmuwan,
pemikir, filusuf generasi-generasi sesudahnya. Berkat prestasinya dalam
ilmu medis, Ibnu Sina memperoleh julukan “Father of Doctors” (Bapak
Para Dokter). Natsir Arsyad[17] menyebutkan bahwa dokter kawakan Ibnu Sina
pernah dijuluki sebagai Medicorum Principal atau “Raja Diraja Dokter”, oleh
kaum Latin Skolastik. Julukan lain juga diberikan kepada Ibnu Sina, seperti,
“Raja Obat”. Dalam dunia Islam sendiri, ibnu sina dianggap sebagai zenith,
puncak tertinggi dalam ilmu kedokteran.
|